Khutbah
Jumat
Menyambut
Ramadlan Dengan Qalbun Salim
إنَّ اْلحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِناَ مَنْ يَهْدِاللهَ فَهُوَ اْلمُهْتَدُ وَمَنْ يُظْلِلْ فَلَنْ
تَجِدَ لَهُ وَلِياًّ مُرْشِدًا أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . أللّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ وَعَلى
أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْماً كَثِيْراً. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا
اْلمُؤْمِنُوْنَ. (إِتَّقُوْا اللهَ)2 حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ
اعوذ بالله من الشيطان
الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
* وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Pada
kesempatan kali ini, marilah kita berhenti sejenak meninggalkan aktifitas
duniawi menuju aktifitas ukhrowi. Berhenti sejenak untuk muroqobah dan
muhasabah atas apa yang telah kita lalui agar kita bisa menjadi lebih baik.
Oleh karenanya, pada kesempatan kali ini kami mengajak pada kaum muslimin
umumnya dan pribadi kami khususnya untuk selalu berusaha menjadi yang lebih
baik dengan cara meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah dengan selalu
memantapkan hati untuk menjahui segala larangannya dan memantapkan keinginan
untuk selalu menjalankan segala perintahnya sehingga aktifitas kita selalu
bernilai ibadah. Karena kita dihadirkan ke dunia ini semata-mata hanya untuk
beribadah kepada Allah. (wa maa kholaqtul jinn wal insa illa liya’budun)
Mulia
tidaknya kita di hadapan Allah, tidak ditentukan dengan banyaknya harta kita,
banyaknya pengikut kita, banyaknya murid kita, tingginya pangkat kita, tetapi
mulia tidaknya kita dihadapan Allah hanya ditentukan dengan kadar ketaqwaan kita
kepada Allah. (inna akromakum indallohi atqokum)
Ma’asyirol Muslimin Rohimakumulloh…
Ada
salah satu sahabat Rasul bernama Abu Dujanah. Nama ini menjadi fenomenal Bahkan
oleh kelompok Teroris dijadikan sebagai nama alias pemimpin mereka. Abu Dujanah
adalah sahabat Rasul yang pemberani dan gigih membela Islam. Hal ini terlihat
dalam perang Uhud dan perang Yamamah. Dalam perang Udud, ia berhasil
mendapatkan pedang penghargaan dari Rasulullah. Sebelum perang Uhud dimulai,
Nabi Muhammad SAW mengobarkan semangat pasukannya dengan mengangkat pedang
tinggi-tinggi, seraya bersabda, "Siapakah di antara kalian yang
ingin memegang pedang ini, dan memberikan sesuatu yang pantas baginya?"
Kontan beberapa sahabat segera ke depan Rasul. Di antaranya adalah Abu Dujanah
dan Dia bertanya, "Ya Rasul, apa yang pantas bagi pedang ini, dan
bagaimana kami dapat memberikan kepantasan itu?". Rasul menjawab, "memanfaatkan
pedang ini untuk bertempur sampai pedang ini melengkung." Abu
Dujanah dengan sigap berkata, "Saya bersedia membayarkan yang pantas
baginya." Dan ia pun sangat gembira menyambut perang dan mendapat
kehormatan menggenggam pedang "kepercayaan" Rasulullah SAW. Dan pada
saat perang Uhud, ia menjadi perisai untuk melindungi Rasulullah.
Dan
Setelah wafatnnya Rasulullah, Abu Dujanah bersama Wahsyi berhasil membunuh Nabi
palsu bernama Musailamah al-Kadzdzab dalam perang Yamamah.
Ma’asyirol Muslimin Rohimakumulloh…
Saat
menjelang ajalnya Abu Dujanah sakit keras. Para sahabat yang lain pun
berkunjung kepadanya. Menakjubkan, walaupun wajahnya pucat pasi, Abu Dujanah
tetap memancarkan cahayanya, bahkan hingga akhir hayatnya. Para sahabat sempat
bertanya, “Apa yang menyebabkan wajah anda bercahaya?”Abu Dujanah
menjawab, “Pertama, aku tidak pernah berbicara tentang sesuatu yang tidak
ada manfaatnya. Kedua, aku selalu menghadapi sesama kaum muslimin dengan hati
yang bersih.”
Ma’asyirol Muslimin Rohimakumulloh…
Kisah
tentang Abu Dujanah ini, memberikan pelajaran pada kita bahwa menjadi muslim
yang sejati haruslah disertai dengan hati yang bersih (qobun Salim), hati yang
selamat dari sifat-sifat tercela dan hati yang dipenuhi dengan sifat-sifat
terpuji. Sebab hati yang bersih tidak akan menimbulkan keburukan baik bagi
dirinya maupun bagi orang lain.
Memiliki
hati yang bersih memang tidak mudah, tapi kita harus optimis dan semangat
menjadi penghuni surga hingga harus memiliki tekad yang kuat dan memohon kepada
sang pemilik hati agar diberikan hati yang bersih disamping berusaha dan
berlatih membersihkan hati kita. Berlatih tidak mudah marah, berlatih menjadi
pemaaf, berlatih untuk tidak mendengki orang lain, dan lain sebagainya.
Termasuk berlatih untuk tidak menebar benih-benih kebencian mengingat saat ini
betapa mudahnya tangan-tangan manusia menulis dan menyebarkan benih-benih
kebencian melalui media elektronik. Padahal mereka yang menebar keburukan akan
mendapatkan keburukannya itu, dan mereka yang menebar kebaikan akan mendapatkan
kebaikan itu pula. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Zalzalah ayat 7-8:
فَمَنْ يَعْمَلْ
مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا
يَرَهُ
“Maka
barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil biji dzarrah-pun, ia akan
mendapatkan balasannya, dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan sekecil biji
dzarrah-pun, ia akan mendapatkan balasannya”
Semoga
kita dijadikan Allah menjadi pribadi yang memiliki hati yang bersih. Dan semoga
dengan kebersihan hati kita, Allah mentaqdirkan kita untuk menghuni SurgaNya,
sebagaimana janji Allah dalam suart as-Syu’aro ayat 88-89 bahwa yang akan
menyelamatkan manusia di akhirat kelak adalah mereka yang hatinya bersih:
يَوْمَ لَا
يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(89)
Maka,
dalam masa-masa menyambut Bulan Ramadlan yang akan dating beberapa hari lagi,
marilah marilah kita sama-sama berusaha untuk melatih hati kita agar menjadi hati
yang bersih dari sifat-sifat tercela dan melatih hati kita agar menjadi hati
yang penuh dengan sifat-sifat kebaikan. Sebab puasa yang sejati adalah puasa
lahir dan batin. Puasa lahir adalah dengan menahan makan dan minum. Sedangkan
puasa batin adalah menjaga diri dari perbuatan yang dapat menghilangkan
pahala-pahala dan keistimewaan puasa ramadlan. Dalam kitab Durrotun Nasihin
dikatakan:
«خَمْسَةُ
أَشْيَآءَ تُحْبِطُ الصَّوْمَ اَيْ تُبْطِلُ ثَوَابُهُ: اَلْكَذِبُ، وَالْغِيْبَةُ،
وَالنَّمِيْمَةُ، وَالْيَمِيْنُ الغُمُوْسُ، وَالنَّظْرُ بِشَهْوَةٍ» (درة الناصحين)
“Lima
hal yang dapat menghilangkan pahala puasa, yaitu; dusta, ghîbah (bergunjing), adu
domba, sumpah palsu, dan memandang dengan syahwat.” (Durratu an-Nâshihîn)
Ma’asyirol Muslimin Rohimakumulloh… Kelima hal tersebut bersumber dari hati yang jelek, hati
yang tidak salim. Oleh karenanya, marilah kita mulai berusaha menata hati
termasuk juga dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadlan.
Pelajaran
yang kedua yang dapat diambil dari kisah Abu Dujanah adalah bahagia dalam
menyambut ibadah di jalan Allah. Sebab ketika bahagia telah ada dalam hati,
maka sang pemilik hati akan beribadah dengan semangat dan sepenuh hati. Orang
yang bersedih dengan datangnya ibadah maka ia akan malas untyk beribadah. Dalam
kaitannya dengan Ramadlan, maka marilah kita sambut ramadlan kali ini dengan penuh
kebahagiaan agar kelak kita ditaqdirkan beribadah dalam bulan Ramadlan dengan
semangat dan sepenuh hati. Rasul pun bersabda:
مَنْ فَرِحَ
بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النِّيْرَانِ
“Barangsiapa
yang bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan niscaya Allah mengharamkan
jasadnya dari neraka”
إِنَّ أَحْسَنَ
الْكَلاَمِ وَأَبْيَنَ النِّظَامِ، كَلاَمُ اللهِ اْلمَلِكِ الْعَلاَّمِ، وَاللهُ
يَقُوْلُ، وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِ الْمُهْتَدُوْنَ، مَنْ عَمِلَ صَالحِاً
فَلِنَفْسِهِ، وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا، وَمَا رَبُّكَ بِظَلاَّمٍ
لِلْعَبِيْدِ. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِىْ الْقُرْأَنِ اْلعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ مِنىِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ تَعَالَى هُوَ جَوَّادٌ
كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرَّاءٌ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ
اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
الخطبة الثانية
اَلْحَمْدُ للهِ
شكرا علي ما أنعم أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ
لَهُ كَمَا أَمَرَ وَألزم، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
شهادة من أمن به وأسلم وحاد من كفر وأرغم ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا اْلمُؤْمِنُوْنَ، اتَّقُوْا اللهَ إن الله أمركم
بأمر بدأ فيه بنفسه ، وثنى بملائكته وأيه بالمؤمنين من عباده. وقال عز من قائل:
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ. يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ
أَمَنُوْا صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى مَلاَئِكَتِكَ الْمُقَرَّبِيْنَ
وَأَنْبِيَائِكَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَأَهْلِ طَاعَتِكَ أَجْمَعِيْنَ وَاجْعَلْنَا
مِنْهُمْ وارحمنا بِرَحْمَتِكَ يَأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، أَللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا مَا
قَدَّمْنَاهُ، وَمَا أَخَّرْنَاهُ، وَمَا أَسْرَرْناَهُ، وَمَا أَعْلَناَّهُ،
وَأَحْصَيْتَهُ وَنَسِيْناَهُ، وَعَلِمْتَهُ وَجَهِلْناَهُ، وَلاَتَدَعْ لَنَا أَمَلاً
إِلاَّ بَلَّغْتَنَاهُ، وَلاَسُؤْلاً إِلاَّ سَوَّغْتَناَهُ، وَلاَخَيْرًا إِلاَّ
أَعْطَيْتَنَاهُ، وَلاَ شَرًّا إِلاَّ كَفَّيْتَنَاهُ.رَبَّناَ اغْفِرْلَناَ
وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَ بِاْلإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ
قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ أَمَنُوْا رَبَّناَ إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ،
رَبَّناَ أَتِناَ فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ
عَذَابَ النَّارِ.عِبَادَ اللهِ. إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ
وَإِيْتَاءِ ذِىْ القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ
وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُواْ اللهَ
الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.