Ngaji Hikam Tentang Sejarah Hari Arafah
(Catatan Pribadi 20/08/2018)
Malam ini adalah malam Arafah. Siang tadi adalah hari Tarwiyah. Kalau tepat dan bersamaan antara Indonesia dan Mekkah, maka besok adalah waktu wukuf di Arafah. Sekarang, Mekkah Saudi Arabia ada badai pasir sehingga Kiswah Kabah menyingkap. Sejumlah tenda di Mina roboh dan hancur. Semoga semua Jamaah Haji diberikan keselamatan. Amin.
Di dalam surat al-Saffat disebutkan :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ[١٠٢] فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ [١٠٣] وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ [١٠٤] قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ [١٠٥] إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ [١٠٦] وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ [١٠٧] وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ [١٠٨] سَلَامٌ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ [١٠٩]
Di dalam kitab tafsir Marokhi Lubaid yang ditulis oleh Syekh Nawawi bin Umar Banten, diterangkan pada waktu Nabi Ismail AS berusia sudah mampu untuk berusaha (فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ), oleh Ahli Tafsir, ditafsiri usia 13 tahun. Ayahnya bernama Nabi Ibrahim AS, bermimpi diperintah menyembelih putranya yaitu Nabi Ismail. Jika diterapkan seperti sekarang, waktu Nabi Ibrahim bermimpi adalah tadi malam yaitu malam senin pada tanggal 8 Dzulhijah.
Paginya Nabi Ibrahim berpikir, apakah mimpi tersebut berasal dari Allah atau berasal dari Syetan. Jika diterapakan dalam hitungan saat ini, waktu ketika Nabi Ibrahim berpikir adalah siang tadi pada tanggal 8 Dzulhijah. Isi dari "mikir-mikir" nya Nabi Ibrahim adalah apakah impian tadi malam berasal dari Allah atau berasal dari Syetan. "Mikir-mikir" ini, di dalam bahasa Arab artinya Tarwiyah. Berasal dari kata Rowa-Yurowi-Tarwiyan- Tarwiyatan.
Kemudian malam tanggal 9 Dzulhijah, Nabi Ibrahim bermimpi lagi, persis seperti malam sebelumnya yaitu pada tanggal 8 Dzulhijah. Karena isi mimpinya sama persis, maka Nabi Ibrahim (عرف انها من الله). Nabi Ibrahim mengtahui bahwa impian itu berasal dari Allah. Maka, tanggal 9 disebut hari Arafah yaitu hari ketika Nabi Ibrahim mengerti bahwa impiannya berasal dari Allah.
Malam tanggal 10 Dzulhijah, Nabi Ibrahim bermimpi lagi bahwa beliau menyembelih putranya, dinamakan dengan "Yaumul Nahr" atau hari penyembelihan. Pagi harinya Nabi Ibrahim AS, berkata kepada putranya :
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ-
Artinya : Wahai anakku yang masih kecil, sungguh tadi malam aku bermimpi menyembelih kamu. Maka coba pikirkan bagaimana pendapatmu?.
Kalimat diatas menunjukan bahwa Nabi Ibrahim adalah contoh seorang ayah yang bijaksana (karena sebelum memutuskan sesuatu bertanya/ bermusyawarah dulu kepada putranya).
Kemudian Nabi Ismail menjawab :
قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ-
Artinya : Wahai Ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, Ayah InsyaAllah akan membuktikan bahwa saya tergolong orang-orang yang sabar.
Ini adalah ujian yang sangat berat. Sebelum cerita Nabi Ibrahim diteruskan, ada pertanyaan, sebenarnya kenapa Nabi Ibrahim sampai diuji untuk menyembelih anak?. Itu kalau di dalam kitab al-Hikam, pembahasanya masuk dalam bab Mahabah atau "MahabatuAllah" atau cinta Allah.
Allah itu, tidak suka "Mahabah Mustarakah". Mahabah itu tidak boleh dimadu. Jangan sampai dimadu dengan cinta yang lain. Ini adalah tingakatan orang-orang Ahli Hakikat atau orang-orang Muqarabun. Bukan tingkatannya kita yang masih tingkatan Syariat dan belum sampai kepada hakikat.
Orang Ahli Hakikat itu, kalau cinta tidak boleh dimadu. Mengaku cinta Allah, tetapi juga cinta kepada bidadari, itu tidak boleh. Dalam pandangan tingkatan hakikat itu sudah syirik. Cinta Allah, tetapi juga cinta bidadari, juga cinta kepada surga, bagi orang hakikat ini tidak boleh. Tapi kalau orang Syariat, yang seperti ini dimaafkan oleh Allah.
Orang-orang Muqarabun itu, ukuran hukumnya bukan ukuran hukum Syariah. Tapi dengan ukuran mahabah. Ada contoh para nabi memiliki sifat shidiq, amanah, tabligh, fatonah, maka muhkhal bagi para rosul mulai lahir, sampai diangkat menjadi rosul sampai wafat untuk bermaksiat (maksum).
Tapi di dalam Quran, ada penyebutan bahwa rosul melakukan maksiat?.
وعصى آدم ربه فغوى
Artinya : dan durhakalah Adam kepada Tuhannya.
Padahal Nabi Adam adalah Rosul, tapi kenapa Al-Quran menyebutnya bermaksiat?. Ini dulu cukup menjadikan bingung saya, karena waktu itu saya di Mualimin menjadi Guru Ilmu Akidah, atau Ilmu Teologi. Kitabnya mengunakan "Ummul Barohin". Disana diterangkan bahwa Rasul memiliki empat sifat wajib, empat sifat mukhal, dan satu sifat jaiz. Shidiq, Amanah, Tabligh, Fathonah.
Contoh dari sifat Amanah adalah tidak pernah maksiat, karena kalau melakukan maksiat namanya khianat. Tapi Al-Quran menyebutkan Nabi Adam dengn "wa Asho Adamu Robahu Fa Ghowa". Kemudian saya mubeng, bertanya kepada para Kiai, saya tanya, ini artinya apa, Rosul itu amanah, tapi kok maksiat?.
Kemudian, bertemu Kiai Abu Bakar Bandar Kidul, ketika sowan didawuhi "Le, maksiate Nabi Adam itu bukan maksiatnya orang Abror, tapi maksiatnya orang-orang Muqarabun (mahabah)". Kalau orang Abror ukuranya adalah hukum syariat, nah yang dimaksud di dalam Tauhid bahwa Rosul mustahil melakukan maksiat, adalah maksiat menggunakan hukum syariat tingkatan orang Abror. Dan memang tidak ada Rosul yang maksiat (melanggar) hukum syariat.Maksiatnya orang Muqarabun atau orang-orang yang dekat dengan Allah adalah menggunakan ukuran Mahabah.
Nabi Adam dan Ibu Hawa itu dialarang mendekati sebuah pohon :
ولا تقربا هذه الشجرة فتكونا من الظالمين-
Artinya : Adam dan Hawa, jangan (kalian berdua) mendekati pohon ini, kalau kamu berdua dekat dengan pohon ini, akan menjadi orang dzolim.
Setelah itu Ibu Hawa mengelilingi surga. Kemudian di tempat yang jauh di sana, ada pohon yang sama, seperti pohon "hadzihi" yang dilarang dalam ayat tersebut. Lalu digoda oleh Iblis:
Iblis : "Hawa, tahukah Kamu ini pohon apa?.
Hawa : Tidak, aku tidak tahu!.
Iblis : ini adalah pohon khuldi, kalau anda makan buah ini, Kamu, suamimu, anak turunmu akan kekal di surga.
Ucapan Iblis ini menarik hatinya Ibu Hawa. Ketika itu bu Hawa tidak bersama Nabi Adam, akhirnya Ibu Hawa memakan buah khuldi, kemudian Nabi Adam mencari dan bertemu Ibu Hawa sudah memakan buah khuldi. Akhirnya Nabi Adam dirayu oleh Ibu Hawa agar ikut memakan buah khuldi. Lalu Nabi Adam ikut makan.
Setelah makan, kemudian ingin buang air besar. Lari kesana kemari untuk mencari tempat buang air besar. Sampai pakaiannya dilepas, Nabi Adam dan Ibu Hawa menyambung dedaunan untuk digunakan menutup aurat. Lalu Malaikat Jibril bertanya, "ada apa kok lari-lari?". Mereka menjawab "Mau buang air besar". Malaikat Jibril berkata, "Luh, di surga tidak ada tempat buang air besar, kalau mau buang air besar ya harus turun ke bumi, karena tempat membuang air besar di bumi". Akhirnya keduanya turun ke bumi. Nabi adam turun di Srilangka, Ibu Hawa turun di Jiddah.
Maka makna dari "وعصى آدم ربه فغوى", adalah Nabi Adam memang salah tapi tidak sampai berdosa. Nah, tapi kenapa di dalam Al-Quran lafadznya "وعصى", itu artinya adalah dosa menurut derajat orang muqarabin atau orang yang dekat dengan Allah. Yang dikatakan bahwa Rasul tidak berdosa adalah ukuran hukum syariat.
Sebabnya apa?. Karena yang dilarang (untuk didekati oleh Nabi Adam dan Ibu Hawa adalah "هذه", sedangkan yang dimakan adalah "تلك" , yang berada disana. Saya diterangkan panjang lebar oleh Kiai Abu Bakar, bahwa yang dimakan bukan yang "هذه" , tapi yang "تلك". Tapi tetap salah karena pohon yang berada di sana, adalah pohon yang sejenis dengan ini. Dan bukan yang dilarang. Ini namanya "Asho" tapi "Asho" menurut Ahli Muqarabin.
Orang Muqarabin itu kalau melakukan salah, walaupun tidak sampai berdosa tapi sanksinya berat. Nabi Adam, tidak sampai berdosa tapi diturunkan dari Surga ke Bumi. Nabi Zakariya ketika berdakwah sampai akan dibunuh oleh umatnya. Sampai beliau dikejar-kejar, kemudian berdiri di samping pohon lalu berdoa kepada Allah. Pohon terbuka kemudian masuk ke dalam pohon.
Umatnya mencari, akhinya Iblis turun tangan dengan menyamar sebagai orang tua dan bertanya "Kamu mencari siapa?". Umatnya berkata, "Kami sedang mencari Zakariya". Iblis bertanya, "apakah Kamu tidak tahu?". Umat Nabi Zakariya menjawab "tidak tahu". Lalu Iblis mengatakan, "di sini, di dalam pohon ini". Kemudian pohon yang di dalamnya ada Nabi Zakariya dipotong dan digergaji ke bawah. Ketika digergaji, mengenai ubun-ubun dari Nabi Zakariya, sampai beliau menjerit "Ah"/ "Aduh". Berteriak "Ah"/ "Aduh" Itu, secara syariat tidak berdosa. Tapi karena Rosul, yang begitu sudah dianggap salah oleh Allah. Karena salah sangsinya berat.
Lalu Allah berkata kepada Jibril, "Jibril, temui Zakariya, sekali lagi dia berteriak "Aah" / "Aduh", akan kucabut ke Rosulan dari dirinya". Akhirnya beliau hanya diam. Ketika dipotong menjadi dua, beliau sekali tidak berteriak, sampai akhirnya Beliau meninggal. Padahal kita sehari-hari sering mengtakan aduh. Terkena bencana aduh, kesandung batu aduh, sakit kepala aduh. Hal semacam Ini memang tidak dosa bagi orang Abror, tapi suatu kesalahan bagi orang Muqarabun.
Kembali ke kisah Nabi Ibrahum, Kenapa Nabi Ibrahim diuji menyembih putranya?. Karena Mahabah Mustarokah. Nabi Ibrahim ini, pernah berikrar mahabah (mencintai) Allah. Pada suatu saat Nabi Ibrahim melihat putranya yaitu Nabi Ismail, karena memang putra satu-satunya, Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Saroh sampai usia 120 Tahun tidak punya putra. Akhirnya menikah dengan Siti Hajar, dan memiliki putra Nabi Ismail, ketika Nabi Ibrahim melihat Nabi Ismalil timbul rasa suka terhadap putranya. Nah ikrar mencintai Allah tapi kok suka terhadap anaknya ini namanya Mahabah Mustarakah. Ini namanya Allah dimadu, maka Allah tidak ridla. Akhirnya Nabi Ibrahim diuji oleh Allah, dengan perintah untuk menyembelih anaknya. Tujuannya agar Nabi Ibrahim kembali cinta hanya kepada Allah. Dan tidak cinta kepada anak.
Padahal kita, ya mengaku cinta kepada Allah tapi ya suka uang, rumah, istri dan anak. Kalau otang Muqarabun tidak boleh.
Ketika telah sampai pada tanggal 10, Nabi Ibrahim berkata kepada putranya:
يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ-
Nabi Ismail menjawab :
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ-
Artinya : Wahai Ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, Ayah InsyaAllah akan membuktikan bahwa saya tergolong orang-orang yang sabar.
Nabi Ibrahim sudah tunduk dan patuh secara Ikhlas memisahkan anaknya dengan dirinya, padahal putranya baru satu. Nabi ismail, taat dan patuh dipisah antara jasad dan rohnya. Dua-duanya telah sama-sama Ikhlas. Kemudian Nabi Ibrahim membawa pedang dan dadung serta mengajak Nabi Ismail.
Nabi Ibrahim berkata "Ayo anakku!". Nabi Ismail bertanya kemana Bapak "ke Sibbi Safir (lereng gunung Safir) disanalah aku akan menyembelimu". Ketika sudah sampai di Sibbi Safir, maka :
فَلَمَّا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
Nabi Ismail telah dibaringkan, pedang telah dihunuskan, kemudian Nabi Ismail berkata "Ayahku tolong, aku ikat yang kuat-kuat supaya aku tidak bergerak, Ayah tolong, ketika Ayah menarik dan mendorong ledang supaya cepat, agar aku tidak lama-lama merasakan sakit, Ayah tolong, baju Ayah disingkap (dilipat) supaya terkena darah, jika terkena darah nantinya akan menjadikan Ibu susah, ayah tolong sampaikan salamku kepada Ibu, dan bajuku berikanlah kepada Ibu, sekedar untuk kenang-kenangan".
Kemudian Nabi Ibrahim memulai menyembelih, ditarik-didorong, ditarik-didorong, ditarik-didorong, pedangnya tidak mempan untuk menyembelih Nabi Ismail. Pada saat itu malaikat yang mendampigi Nabi Ibrahim ikut menangis sambil bertakbir :
اَللهُ أًكْبَر، اَللهُ أَكْبَر، اَللهُ أَكْبَر
Nabi Ibrahim mencucurkan air mata begitu juga Nabi Ismail yang mencucurkan air mata. Malaikat bertakbir
اَللهُ أًكْبَر، اَللهُ أَكْبَر، اَللهُ أَكْبَر
Disambung dengan Nabi Ismail :
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَر
Kemudian Nabi Ibrahim menyambung :
اَللهُ أَكْبَر وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ
Ketika pedang dihunuskan, ditarik-didorong, ditarik-didorong ke leher Nabi Ismail, tidak mempan. Kemudian ada panggilan dari Allah :
أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ, [١٠٤] قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ [١٠٥] إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ [١٠٦] وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ [١٠٧]
Nabi Ibrahim mendapat panggilan dari Allah, "Kamu telah melaksanakan tugasku, menyembelih anakmu, Kemudian saya ganti dengan Kambing". Maka ketika ditarik keluarlah darah. Nabi Ibrahim berprasangka bahwa Nabi Ismail telah meninggal. Ternyata ketika dilihat yang disembelih adalah kambing gibas. Sedangkan Nabi Ismail duduk disebelahnya. Kemudian Malaikat bertakbir, disambung dengan Nabi Ismail, lalu dilanjutkan dengan Nabi Ibrahim.
Hari Arofah itu ada penamaannya karena sejarah dari Nabi Ibrahim yang mengerti impian dari Allah. Tapi kalau tanah Arafah, itu sejarahnya berkaitan dengan Nabi Adam As bukan berkaitan dengan Nabi Ibrahim. Jadi ada hari Arafah dan ada tanah Arafah.
Dulu Nabi Adam ketika diturunkan ke bumi jatuh di Srilangka. Di sana ada gunung namanya gunung Adam's Peak di Colombo. Di atas tempat itu sering terjadi hampa udara. Dulu Jamaah Haji kalau lewat di atas gunung Adam's Peak itu, tahun berapa itu pernah sampai jatuh sehingga banyak korban yang paling banyak dari Blitar. Tahun 1981, saya masih lewat di atas itu, hampir jatuh, pramugari menerangkan, "al-Hamdulillah kapal terbang kita selamat, kapal terbang kita sudah 10 KM tapi tidak sampai ke bumi". Kemudian sudah tidak lagi dilewati kapal terbang. Jadi tempat jatuhnya Nabi Adam itu, sering hampa udara.
Nabi Adam setiap tahun jalan kaki pergi ke mekah dan mengitari Ka'bah. Ibu Hawa setiap tahun pergi ke Arofah (pada saat itu belum ada namanya). Sebetulnya jarak antara Mekkah dan Arofah hanya kurang lebih 25 KM. Tapi selama 200 Tahun tidak bertemu. Jadi bisa bayangkan betapa kangennya antara Nabi Adam dan Ibu Hawa yang berpisah selama 200 Tahun.
Pada detik-detik pertemuan antara Nabi Adam dan Ibu Hawa, Nabi Adam sedang melaksanakan Towaf. Setelah Towaf jalan kaki ke arah utara dan ke timur. Kira-kira 6 KM, Nabi Adam mencium aroma. Kemudian Nabi Adam mengigat-ingat aroma tersebut, "Aku pernah memcium aroma seperti ini, tapi aku lupa ini aroma apa?". Ketika diingat-ingat, kemudian ingat bahwa itu adalah aroma dari Istirnya Hawa. Akhirnya kalau Hawa masih ada aromanya, berarti masih hidup. Kalau Hawa masih hidup berarti ada harpan untuk bertemu. Harapan dalam bahasa arab adalah "Muna", maka daerahnya disebut Muna, kita menyebutnya Mina.
Kalau tentang melempar Jumroh, Ula, Wustho, dan Aqabah, itu berkaitan dengan sejarahnya Nabi Ibrahim. Jadi ketika pergi ke Sibbi Sabil, Siti Hajar diganggu, Nabi Ismail diganggu kemudian dilempari batu. Tapi kalau Muna, adalah riwayat dari Nabi Adam.
Aroma itu dibawa angin, kemudian diturut oleh Nabi Adam sampai 7 KM, sampai ke sebuah tanah. Di tanah itu aromanya semakin menguat, aroma kalau itu kalau bertambah kuat berarti bertambah dekat. Dekat bahasa arabnya "Zulfa", bertambah dekat bahasa arabnya "Muzdalifah". Sehingga tanah itu kemudian dinamakan tanah Muzdalifah.
Terus diturut lagi, sampai ke sebuah tanah yang sejauh pandangan mata hanya ada gunung-gunung, batu, pasir, krikil dan tidak ada tumbuhan sama sekali. Kemudian Nabi Adama menoleh ke arah kanan kiri, karena mencium aroma yang semakin kuat. Ternyata di atas gunung ada sesosok perempuan. Diperhatikan sosok tersebut ternyata adalah Ibu Hawa. Peristiwa ini terjadi setelah berpisah selama 200 tahun. Qaul yang lain mengatakan 100 tahun.
Setelah diperhatikan ternyata Ibu Hawa,
عرف آدم أنّها هواك
Nabi Adam mengetahui bahwa dia adalah Hawa. Mengeri bahasa arabnya Arafa. Oleh karena itu tanah tersebut dinamakan Arafah.
Kemudian dipanggil "Hawa......". Ibu Hawa mendengar kemudian Hawa melihat kebawah, ada seorang laki-laki yang gagah perkasa ternyata Adam. Kemudian dipanggil oleh Hawa, "Adam............". Saling memanggil, "Hawa.........", "Adaaam.......". Kemudian Nabi Adam mendaki gunung disanalah Nabi Adam dan Ibu Hawa sambil berdiri, saling memeluk untuk melepaskan kerinduannya, mencurahkan kasih sayangnya. Ditempat itulah kemudian dibangun tugu, kasih sayang dalam bahasa Arab artinya "Rohmah". Maka dinamakan sebagai gunung kasih sayang atau "Jabal Rohmah".
Jadi kalau hari Arafah berhubungan dengan Hikayah Nabi Ibrahim, tapi kalau tanah Arafah berkaitan dengan Hikayah Nabi Adam AS.
Diterangkan oleh Nabi Muhammad yang ditulis oleh Imam Ghazali, di dalam kitab Mukasafatul Qulub, al-Muqaribu 'ala Alami al-Ghuyub, Nabi Dawuh: Siapa yang berpuasa hari Tarwiyah diberi pahala oleh Allah seperti pahalanya Nabi Ayub didalam kesabaran menerima ujian. Barangsiapa yang berpuasa pada hari Arofah, Allah memberi pahala seperti pahalanya Nabi Isa AS. Selain itu puasa Arafah menghapus dosa 2 tahun. Satu tahun yang telah lewat dan satu tahun yang akan datang. (*)