Khutbah
Akhir Ramadlan di
Masjid Babul Jannah sememi Benowo
(30 juni 2016)
Oleh Moh. Dliya’ul
Chaq, M. HI.
إنَّ اْلحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِناَ مَنْ يَهْدِاللهَ فَهُوَ اْلمُهْتَدُ وَمَنْ يُظْلِلْ
فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِياًّ مُرْشِدًا أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .
أللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ نَا
مُحَمَّدٍ وَعَلى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْماً
كَثِيْراً. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا اْلمُؤْمِنُوْنَ. (إِتَّقُوْا اللهَ)2
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم
الله الرحمن الرحيم
﴿يٰاۤ
أَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ﴾ (البقرة: 183)
Telah beberapa hari kita dipertemukan
dengan Ramadlan. Maka, kami mengajak ummat muslimin, khususnya kepada pribadi
kami untuk selalu menambah ketaqwaan kepada Allah SWT karena Ramadlan adalah
media untuk bertaqwa kepada Allah (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ).
Ma’asyrol Muslimin…
Dalam riwayat Abu Hurayrah dikatakan bahwa suatu saat Rasulullah
keluar untuk shalat di bulan Ramadlan. Lalu banyak dari sahabat yang mengikuti
Rasulullah. Ulama’ mengatakan itu adalah shalat tarawih. Setelah shalat,
Rasulullah bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ
إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Sabda Rasulullah ini menunjukan kemurahan dan kasih saying Allah di
bulan Ramadlan dalam bentuk pengampunan dosa bagi mereka yang beribadah di
bulan Ramadlan yang memenuhi kriteria “إِيمَانًا” dan
“احْتِسَابًا”. Imanan
artinya meyakini tentang adanya Allah dan kebenaran ibadah. Sedangkan ikhtisaban
artinya mengharap Allah atau mengharap balasan ukhrowi dari Allah SWT.
Maka, marilah kita benar-benar
memanfaatkan momentum Ramadlan ini sebagai media untuk menggapai maghfiroh dari
Allah SWT, dengan melaksnakan shalat fardlu, puasa, shalat tarwaih, shalat tahajjud,
zakat, shodaqoh, berbuat baik pada orang lain, menjaga hati dari buruk sangka
dan lain sebagainya. Semua ibadah layak kita laksanakan dengan sebaik-baiknya
dan sebanyak-banyaknya, karena manusia tidak tahu mana ibadahnya yang terpilih
sebagai media ampunan dari Allah. Sebab tidak sedikit dari ibadah kita yang
tidak memenuhi syarat “إِيمَانًا”
dan “احْتِسَابًا”. Semoga ibadah kita di bulan Ramadlan
benar-benar terpilih sebagai media ampunan Allah kepada Kita. Karena dengan
ampunan itulah kita semua benar-benar akan kembali fitri. Oleh karenanya
seremonial berakhirnya bulan suci ramadlan disebut dengan Idul Fitri.
Ma’asyirol Muslimin….
Idul Fitri terkadang ada yang
menyambutnya dengan duka cita karena terasa berat berpisah dengan Ramadlan. Ada
yang merasa telah lulus ujian selama Ramadlan sehingga menyambutnya dengan suka
cita, seperti membeli baju baru, takbir keliling, menabuh bedug untuk
memeriahkan bulan Ramadlan, memberikan sodaqoh pada orang lain dan anak-anak.
Apapun bentuknya, semua itu adalah ajaran Islam. Terdapat beberapa hadits dan
hikmah ulama’ tentang tuntunan menyambut idul fitri walaupun sebagian hadits
tuntunan idul fitri tergolong dloif. Namun menurut kesepakatan ulama’, hadits
dloif tetap dapat dijadikan pedoman selama berhubungan dengan fadloilul a’mal
(keutamaan amal).
1.
Dianjurkan untuk memperbanyak ibadah di malam idul fitri,
sebagaimana hadits dalam Sunan Ibnu Majah, Syuabul Iman karya Imam al-Bayhaqi,
al-Adzkar karya Imam Nawawi, dan Jamiul Ahadits karya Imam Suyuti:
عن أبي أمامة : - عن النبي صلى الله عليه و سلم قال (مَنْ
قَامَ لَيْلَتَىِ الْعِيدِ لِلَّهِ مُحْتَسِبًا لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ حِينَ
تَمُوتُ الْقُلُوبُ)
“Barang siapa yang beribadah pada malam hari
raya idul fitri dan idul adha dengan ikhlas maka hatinya tidak akan mati di
saat banyak hati yang mati”.
Menurut beberapa ulama’, pada malam hari raya dianjurkan untuk
menghidupkannya dengan diisi beragam ibadah kepada Allah SWT, Abdullah bin Umar
bin Khattab selalu melakukan ini. Walaupun haditsnya dloif tapi menurut akal,
hal ini sangat logis mengingat malam itu adalah malam perpisahan dengan bulan
Ramadlan. Maka layak jika dipenuhi dengan ibadah. Bahkan Imam Syafi’I mengatakan,
bahwa pada malam itu doa-doa akan diijabahi oleh Allah sebagaimana keterangan
dalam kitab Syuabul Iman karya Imam al-Bayhaqi:
قَالَ الشَّافِعِىُّ : وَبَلَغَنَا
أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ : إِنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِى خَمْسِ لَيَالٍ فِى لَيْلَةِ
الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةِ الأَضْحَى وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ وَأَوَّلِ لَيْلَةِ مِنْ
رَجَبٍ وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
2.
Dianjurkan membaca tahlil dan takbir dengan suara lantang.
Sebagaimana hadits dalam sunan al-bayhaqi, shahih Ibnu Huzaymah,
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ
عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
كَانَ يَخْرُجُ فِى الْعِيدَيْنِ مَعَ الْفَضْلِ بْنِ عَبَّاسٍ ، وَعَبْدِ اللَّهِ
، وَالْعَبَّاسِ ، وَعَلِىٍّ ، وَجَعْفَرٍ ، وَالْحَسَنِ ، وَالْحُسَيْنِ ،
وَأُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ ، وَزِيدِ بْنِ حَارِثَةَ ، وَأَيْمَنَ ابْنِ أُمِّ
أَيْمَنَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ رَافِعًا صَوْتَهُ بِالتَّهْلِيلِ
وَالتَّكْبِيرِ فَيَأْخُذُ طَرِيقَ الْجَدَّادِينَ حَتَّى يَأْتِىَ الْمُصَلَّى.
وَإِذَا فَرَغَ رَجَعَ عَلَى الْحَذَّائِينَ حَتَّى يَأْتِىَ مَنْزِلَهُ.
“Rasulullah keluar rumah saat hari raya idul
fitri dan idul adha bersama fadhal bin Abbas, Abdullah, Abbas, Ali bin Abi
Thalib, Sayyid Hasan, Sayyid Husain, Usamah bin Zayd, Zaid bin Haritsah dan
Ayman bin Umi Ayman. Mereka melantangkan suara membaca tahlil dan takbir menuju
masjid / tempat shalat”.
Selain dengan takbir yang lantang, Rasulullah memperbolehkan Memeriahkan
idul fitri dengan menabuh alat music yang halal. Seperti rebana dan bedug.
Sebagaimana hadits dalam Shahih Bukhari dan Muslim, riwayat Siti Aishah bahwa
pada malam hari raya dirinya bersama dua budak wanita di mana dua budak itu
menabuh rebana. Lalu Rasulullah datang dan tidur disampingku. Lalu Abu Bakar
masuk dan marah kepada budak-budak itu. Lalu Rasuulullah berkata pada Abu
Bakar: Tinggalkanlah mereka hai Abu Bakar karena hari ini adalah hari raya.
عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ
أَبَا بَكْرٍ دَخَلَ عَلَيْهَا وَعِنْدَهَا جَارِيَتَانِ فِى أَيَّامِ مِنًى
تُغَنِّيَانِ وَتَضْرِبَانِ وَرَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مُسَجًّى
بِثَوْبِهِ فَانْتَهَرَهُمَا أَبُو بَكْرٍ فَكَشَفَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- عَنْهُ وَقَالَ « دَعْهُمَا يَا أَبَا بَكْرٍ فَإِنَّهَا أَيَّامُ
عِيدٍ ».
3.
Pada pagi harinya dan saat berkumpul dengan masyarakat, dianjurkan memakai
pakaian yang bagus dan wangi walaupun tidak baru. Sebagaimana hadits dalam
Mustadrok Imam al-Hakim dan Syuabul Iman karya al-Bayhaqi:
عن الحسن بن علي قال : « أمرنا رسول
الله صلى الله عليه وسلم أن نلبس أجود ما نجد ، وأن نضحي بأسمن ما نجد ، البقرة عن
سبعة ، والجزور عن عشرة ، وأن نظهر التكبير ، وعلينا السكينة والوقار »
“Dari Sayyid Hasan bin Ali bin Abi Thalib, berkata: Kami diperintah
Rasulullah SAW untuk memakai pakaian yang paling bagus, menyembelih qurban yang
gemuk ketika idul adha, melantangkan takbir, bersikap tenang dan berwibawa”
Dalam hadits Imam Bukhari dan Muslim dinyatakan bahwa suatu saat Umar
bin Khattab membeli jubbah tenunan dari sutera di pasar. Lalu membawanya pada
Rasulullah SAW dan berkata “Wahai Rasulullah belilah jubbah ini untuk hari raya
dan menerima utusan raja”. Lalu Rasul bersabda, “Ini adalah jubbah orang yang
tidak mendapat bagian di akhirat (karena terbuat dari sutera)”.
حَدَّثَنِى سَالِمُ بْنُ عَبْدِ
اللَّهِ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ قَالَ وَجَدَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ
حُلَّةً مِنْ إِسْتَبْرَقٍ تُبَاعُ بِالسُّوقِ فَأَخَذَهَا فَأَتَى بِهَا رَسُولَ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ابْتَعْ هَذِهِ
فَتَجَمَّلْ بِهَا لِلْعِيدِ وَلِلْوَفْدِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- « إِنَّمَا هَذِهِ لِبَاسُ مَنْ لاَ خَلاَقَ لَهُ ». قَالَ فَلَبِثَ عُمَرُ
مَا شَاءَ اللَّهُ. ثُمَّ أَرْسَلَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
بِجُبَّةِ دِيبَاجٍ فَأَقْبَلَ بِهَا عُمَرُ حَتَّى أَتَى بِهَا رَسُولَ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْتَ « إِنَّمَا هَذِهِ
لِبَاسُ مَنْ لاَ خَلاَقَ لَهُ ». أَوْ « إِنَّمَا يَلْبَسُ هَذِهِ مَنْ لاَ
خَلاَقَ لَهُ ». ثُمَّ أَرْسَلْتَ إِلَىَّ بِهَذِهِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- « تَبِيعُهَا وَتُصِيبُ بِهَا حَاجَتَكَ ».
Hadits ini menunjukkan bahwa tradisi memakai baju yang baik saat
hari raya adalah tradisi sejak masa Rasulullah SAW.
4.
Diwajibkan mengeluarkan zakat sebelum shalat idul fitri sebagaimana
hadits shahih yang diriwayatkan Abu Daud, Ibnu Majah dan Imam al-Hakim:
عَنِ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ
عَنْهُمَا قَالَ: - فَرَضَ رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - زَكَاةَ
اَلْفِطْرِ; طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اَللَّغْوِ, وَالرَّفَثِ, وَطُعْمَةً
لِلْمَسَاكِينِ, فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ اَلصَّلَاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ,
وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ اَلصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ اَلصَّدَقَاتِ. -
رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ, وَابْنُ مَاجَهْ, وَصَحَّحَهُ اَلْحَاكِم
Rasulullah bersabda:
Zakat fitri bagi orang yang berpuasa adalah pembersihan dari perilaku sis-sia,
perkataan kotor serta suguhan bagi orang miskin. Barang siapa yang memberi
makanan pada orang miskin maka akan diberi Allah buah-buahan dari Surga,
sebagaimana hadits dalam Sunan Abu Daud:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ اَلْخُدْرِيِّ,
عَنِ اَلنَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: - أَيُّمَا مُسْلِمٍ كَسَا
مُسْلِمًا ثَوْبًا عَلَى عُرْيٍ كَسَاهُ اَللَّهُ مِنْ خُضْرِ اَلْجَنَّةِ,
وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ أَطْعَمَ مُسْلِمًا عَلَى جُوعٍ أَطْعَمَهُ اَللَّهُ مِنْ
ثِمَارِ اَلْجَنَّةِ, وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ سَقَى مُسْلِمًا عَلَى ظَمَإٍ سَقَاهُ
اَللَّهُ مِنْ اَلرَّحِيقِ اَلْمَخْتُومِ
Dalam firman Allah, orang yang zakat pasti akan menemui kebahagiaan
dan keberuntungan. “قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى”.
5.
Disunnahkan memakan makanan ringan sebelum berangkat shalat idul
Fitri, sebagaimana hadits hasan dalam sahih bukhari, bahwa Rasulullah pada pagi
hari idul fitri memakan beberapa kurma.
عَنْ أَنَسٍ - رضي الله عنه - قَالَ: -
كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - لَا يَغْدُو يَوْمَ اَلْفِطْرِ
حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ
Kesunnahan ini untuk
memperjelas bahwa pada hari raya puasa diharamkan. Dalam hadits lain yang sahih
riwayat Imam Ahmad, Imam Turmudzi dan Ibnu Hibban:
عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ, عَنْ أَبِيهِ
قَالَ: - كَانَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم - لَا يَخْرُجُ يَوْمَ اَلْفِطْرِ
حَتَّى يَطْعَمَ, وَلَا يَطْعَمُ يَوْمَ اَلْأَضْحَى حَتَّى يُصَلِّيَ
6.
Dianjurkan mengajak seluruh ummat untuk hadir ditempat shalat hari
raya, walaupun gadis-gadis belia, wanita yang sedang haid serta wanita yang
menutup seluruh auratnya. Wanita yang sedang haid tidak ikut shalat melainkan
ikut mendengarkan khutbah.
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ أَمَرَنَا
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِى الْفِطْرِ
وَالأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فَأَمَّا الْحُيَّضُ
فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاَةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ.
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِحْدَانَا لاَ يَكُونُ لَهَا جِلْبَابٌ قَالَ «
لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا ».
7.
Diwajibkan atau difardlukan secara fardlu kifayah untuk Shalat idul
Fitri.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
قَالَ شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الصَّلاَةَ يَوْمَ
الْعِيدِ فَبَدَأَ بِالصَّلاَةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ
إِقَامَةٍ
Shalat idul fitri
memiliki keutamaan sebagaimana hadits yang diriwayatkan Ibnu Mas’ud dalam kitab
Nashoihul Ibad, bahwa ketika umat Muhammad puasa Ramadlan lalu keluar untuk
shalat idul fitri. Maka Allah berfirman “Wahai para malaikatku, semua orang
yang beramal menginginkan balasan dariKu. Dan hamba-hambaku yang berpuasa
sebulan Ramadlan lalu keluar menuju Shalat idul Fitri untuk mengharap imbalan
dariKu, maka saksikanlah bahwa aku telah mengampuninya. Lalu ada suara berkata,
“Wahai Umat Muhammad, kembalilah ke rumah kalian karena aku telah mengganti
kesalahanmu dengan kabikan. Lalu Allah berfirman, “Wahai hamba-hambaku, kalian
berpuasa dan berbuka karenaKu, maka berdirilah dalam keadaan dosa-dosa
terampuni”.
عن أَبن مسعود رضي الله عنه عن النبي
عليه الصلا ة وَلسلام أَنه قال اِذَا صَامُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ وَخَرَجُوْا اِلَى
عِيْدِهِمْ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى يَا مَلَـئِكَتِىْ كُلُ عَامِلٍ يَطْلُبُ اَجْرَهُ
وَعِبَادِىَ اللَذِيْنَ صَامُوْا شَهْرَهُمْ وَخَرَجُوْا اِلَى عِيْدِهِمْ يَطْلُبُوْنَ
اُجُوْرَهُمْ اِشْهَدُوْا أَنىِ قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ ، فَيُنَادِىْ مُنَادٍ
يَا اُمَةَ مُحَمَدٍ اِرْجِعُوْا اِلَى مَنَازِلِكُمْ قَدْ بَدَلْتُ سَيِئَاتِكُمْ
بِالْحَسَنَاتِ، فَيَقُوْلُ اللهُ تعالى يَا عِبَادِىْ صُمْتُمْ لِى وَاَفْطَرْتُمْ
لِى فَقُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُمْ
Dalam riwayat lain
dari Ibnu Abbas
عَنْ إِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا
يَرْفَعُهُ: إِذَا كاَنَ يَوْمَ عِيْدِ اْلفِطْرِ هَبَطَتِ اْلمَلاَئِكَةِ
إِلَى اْلأَرْضِ فِى كُلِّ بَلَدٍ فَيَقِفُوْنَ عَلَى أَفْوَاهٍ السِّكَكِ
يُنَادُوْنَ بِصَوْتٍ يَسْمَعُهُ جَمِيْعُ مَنْ خَلَقَ اللهُ إِلاَّ اْلجِنَّ
وَاْلإِنْس. ياَ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ أَخْرَجُوْا اِلَى رَبٍّ كَرِيْمٍ يُعْطِى
اْلجَزِيْلَ وَيَغْفِرُ الذَّنْبَ اْلعَظِيْم فَإِذَا بَرَزُوْا إِلَى
مُصَلاَّهُمْ قاَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : يَا مَلاَئِكَتِىْ مَا جَزَاءَ
اْلأَجِيْرِ إِذاَ عَمَلَ عَمَلَهُ فَيَقُوْلُوْنَ إِلَهَناَ وَسَيِّدِناَ أَنْ
تُوَفِّيَهُ أَجْرَهُ
Riwayat lain dalam kitab
Kanzul Ummal dan
عن سعيد بن أوس الأنصاري عن أبيه إذا
كان يوم الفطر وقفت الملائكة في أفواه الطريق فنادوا يا معشر المسلمين اغدوا إلى
رب كريم رحيم يمن بالخير ويثيب عليه الجزيل لقد أمرتم بقيام الليل فقمتم، وأمرتم
بصيام النهار فصمتم، وأطعتم ربكم فاقبضوا جوائزكم، فإذا صلوا العيد نادى مناد من
السماء: ارجعوا إلى منازلكم راشدين فقد غفر لكم ذنوبكم كلها، ويسمى ذلك اليوم في
السماء يوم الجوائز
8.
Dianjurkan bersedekah setelah shalat idul fitri sebagaimana hadits
sahih bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah melaksanakan shalat Hari Raya 'Idul
Fitri dua rakaat dan tidak shalat sebelum atau sesudahnya. Lalu beliau
mendatangi para wanita dan memerintahkan mereka untuk bersedekah. Maka para
wanita memberikan sedekah hingga ada seorang wanita yang memberikan anting dan
kalungnya:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَرَجَ يَوْمَ أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ فَصَلَّى
رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلاَ بَعْدَهَا ثُمَّ أَتَى النِّسَاءَ
وَمَعَهُ بِلاَلٌ فَأَمَرَهُنَّ بِالصَّدَقَةِ فَجَعَلَتِ الْمَرْأَةُ تُلْقِى
خُرْصَهَا وَتُلْقِى سِخَابَهَا.
إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلاَمِ وَأَبْيَنَ النِّظَامِ،
كَلاَمُ اللهِ اْلمَلِكِ الْعَلاَّمِ، وَاللهُ يَقُوْلُ، وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِ الْمُهْتَدُوْنَ،
مَنْ عَمِلَ صَالحِاً فَلِنَفْسِهِ، وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا، وَمَا رَبُّكَ بِظَلاَّمٍ
لِلْعَبِيْدِ. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِىْ الْقُرْأَنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنىِّ
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ تَعَالَى هُوَ جَوَّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرَّاءٌ رَؤُوْفٌ
رَحِيْمٌ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
الخطبة الثانية
اَلْحَمْدُ ِللهِ شكرا علي ما أنعم أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ كَمَا أَمَرَ وَألزم، وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شهادة من أمن به وأسلم وحاد من كفر وأرغم ،
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ
تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا اْلمُؤْمِنُوْنَ، اتَّقُوْا اللهَ
إن الله أمركم بأمر بدأ فيه بنفسه ، وثنى بملائكته وأيه بالمؤمنين من عباده. وقال عز
من قائل: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ. يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ
أَمَنُوْا صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى مَلاَئِكَتِكَ الْمُقَرَّبِيْنَ وَأَنْبِيَائِكَ
اْلمُرْسَلِيْنَ وَأَهْلِ طَاعَتِكَ أَجْمَعِيْنَ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ وارحمنا بِرَحْمَتِكَ
يَأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، أَللَّهُمَّ
اغْفِرْلَنَا مَا قَدَّمْنَاهُ، وَمَا أَخَّرْنَاهُ، وَمَا أَسْرَرْناَهُ، وَمَا أَعْلَناَّهُ،
وَأَحْصَيْتَهُ وَنَسِيْناَهُ، وَعَلِمْتَهُ وَجَهِلْناَهُ، وَلاَتَدَعْ لَنَا أَمَلاً
إِلاَّ بَلَّغْتَنَاهُ، وَلاَسُؤْلاً إِلاَّ سَوَّغْتَناَهُ، وَلاَخَيْرًا إِلاَّ أَعْطَيْتَنَاهُ،
وَلاَ شَرًّا إِلاَّ كَفَّيْتَنَاهُ.رَبَّناَ اغْفِرْلَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ
سَبَقُوْنَ بِاْلإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ أَمَنُوْا
رَبَّناَ إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ، رَبَّناَ أَتِناَ فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ
الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ.عِبَادَ اللهِ. إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِىْ القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُواْ اللهَ
الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
Post a Comment