Khutbah Idul Adha 2016
Oleh: Moh. Dliya'ul Chaq, M. HI.
أكبر الله أكبر الله أكبر - الله أكبر الله أكبر الله أكبر -الله أكبر الله أكبر الله أكبر - لا إله إلا الله والله أكبر -الله أكبر ولله الحمد . اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ.
الحمد لله الذي شرع لِعِبَادِهِ التَّقَرُّبَ إِلَيْهِ بِذَبْحِ الْقُرْبَانِ ،وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ذُو الْفَضْلِ وَالْاِمْتِنَانْ ، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله المصطفى على كل إِنْسَانْ ،اللهم صل وسلم على سيدنا محمد سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانْ ،وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان ، أما بعد : أيها الناس اتقوا الله تعالى حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون ، الله أكبر ولله الحمد
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم
(إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ)
Jamaah yang dirahmatiAllah..
Pagi ini, bersama-sama saudara kita sesama muslim, di seluruh dunia, kembali kita mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid. Bersyukur memuji asma Allah, mengesakan dzat-Nya dan mengangungkan kebesaran-Nya dalam suasana idul adha. Di kesempatan yang mulia ini, kami mengajak kepada pribadi kami dan seluruh masyarakat muslim untuk selalu bertaqwa kepada Allah dengan menjalankan seluruh perintahnya dan menjahui seluruh larangannya sebab kita di hadirkan ke dunia ini semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah
Mulia tidaknya kita di hadapan Allah, tidak ditentukan dengan banyaknya harta kita, banyaknya pengikut kita, banyaknya murid kita, tingginya pangkat kita, tetapi mulia tidaknya kita dihadapan Allah hanya ditentukan dengan kadar ketaqwaan kita kepada Allah
Ma'asyirol muslimin rohimakumulloh...
Setiap kali datangnya momentum hari raya idul adha, sosok yang pasti terlintas dalam benak kita adalah Nabi Ibrahim AS dan nabi Muhammad SAW. Karena keagungan dua nabi itu, hingga namanya selalu disebut dalam setiap shalat, tepatnya pada saat bacaan tahiyyat akhir. Hanya dua nabi itu, tidak ada yg lain. Hal ini menunjukkan bahwa agama islam mengajarkan:
1. Agar umat islam selalu mengenang para pendahulu yang telah merintis jalan menuju berbagai kebaikan.
2. Agar umat islam selalu mendoakan para pendahulu-pendahulu kita setiap waktu, termasuk orang tua kita
3. Agar umat Islam terus mentauladani para pendahulu kita
4. Agar umat islam berpegang teguh terhadap ajaran para pendahulu yang telah menunjukkan jalan terang menuju surga.
Hikmah dari ajaran itu adalah agar umat tidak pernah mengalami putusnya amal, walaupun telah mati. Manusia yang berbuat baik, kebaikannya akan terus dimanfaatkan oleh generasi selanjutnya. Orang tua yg mendidik anaknya menjadi anak shaleh, akan terus didoakan oleh anak shaleh itu walaupun telah mati. Begitupun generasi selanjutnya yg berbuat baik, kebaikannya akan terus dimanfaatkan oleh generasi-generasi selanjutnya. Inilah yang di sebut dengan amal jariyah. Amal yang tidak pahalanya tidak pernah terputus walaupun sudah mati. Generasi pertama menyinari generasi kedua. Generasi pertama dan kedua menyinari generasi ketiga. Dan begitu seterusnya. Ibaratnya, awalnya tidak ada lampu penerang. Lalu para pendahulu membuat lampu penerang. Dengan lampu penerang itulah kita menjadi tahu mana jalan yang lurus, dengan lampu penerang itulah kita menjadi terlihat oleh siapapun yang melihat kita. Maka, jika ada manusia yang telah bersinar di sisi Allah dan di sisi makhluk, seperti telah menjadi orang tua yg sukses mendidik anaknya, menjadi guru, ustadz, dosen, menjadi orang kaya yang suka bersedekah, menjadi manusia yg telah mampu beribadah kepada Allah, maka sejatinya hal itu merupakan jasa para pendahulu. Maka sangat tidak pantas jika ada manusia yang sombong dan ujub. Merasa lebih baik dari orang lain, merasa paling baik di antara yg lain, merasa bahwa apa yg dilakukannya adalah atas kepandainnya sendiri. Sebab sinar kemuliaan yang terlihat di sisi Allah dan makhluk sejatinya adalah sinar para pendahulu kita.
Sahabat Bilal, budak yang diangkat sebagai muadzdzin Rasulullah, menjadi mulia di sisi Allah dan di sisi makhluk karena sinar yang didapatnya dari Rasulullah. Setiap orang yang melihat Bilal yang terilihat adalah Rasulullah. Setiap Bilal mengumandangkan Adzan, yang terdengar adalah Rasulullah.
Dalam kisahnya, Sesaat setelah Rasulullah SAW mengembuskan nafas terakhir, waktu shalat tiba. Bilal berdiri untuk mengumandangkan azan, sementara jasad Rasulullah SAW masih belum dikebumikan. Saat Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi” (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah), tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang hadir di sana tak kuasa menahan tangis, maka meledaklah suara isak tangis yang membuat suasana semakin mengharu biru.
Karena setiap kali adzan selalu menangis dan tidak dapatvmelanjutkan adzannya, Bilal memohon kepada Abu Bakar, yang menggantikan posisi Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam sebagai khalifah, agar diperkenankan tidak mengumandangkan azan lagi. Dan akhirnya Bilal juga meminta izin untuk hijrah ke Syam (Syiria) agar tidak larut dalam kesedihan sepeninggal Rasulullah. Namun awalnya Abu Bakar tidak mengabulkan permohonan Bilal. Tetapi Bilal mendesaknya seraya berkata, “Jika dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka engkau berhak menahanku, tapi jika engkau telah memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju kepada-Nya.”
Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku benar-benar membelimu untuk Allah, dan aku memerdekakanmu juga karena Allah.”
Bilal menyahut, “Kalau begitu, biarkanlah aku tidak akan pernah mengumandangkan adzan untuk siapa pun setelah Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam wafat. Biarkan aku hanya menjadi muadzin Rosululloh saja. Rosululloh telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi."
Abu Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya.” Bilal pergi meninggalkan Madinah bersama pasukan yang dikirim oleh Abu Bakar menuju daerah Homs / Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus, Syiria.
Setelah tinggal lama di Syria, Bilal tidak pernah mengunjungi Madinah. Lalu sampai pada suatu malam, Rosululloh hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya:
"Ya Bilal, Wa maa hadzal jafa? Hai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku? Mengapa sampai seperti ini?". Bilal pun bangun terperanjat, air mata rindunya seketika tak terbendung lagi. Segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah kubur Rasulullah. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Nabi.
Setiba di Madinah, Bilal menangis di makam Rasulullah melepas rasa rindunya pada Nabi sang kekasih. Penduduk Madinah yang mengetahui kedatangannya, segera keluar dari rumah untuk menyambutnya seakan kembali pada masa Rasulullah. Ketika masuk waktu sholat, beberapa Sahabat meminta Bilal untuk mengumandangkan adzan. Akan tetapi Bilal terus menolak permintaan itu.
Saat itu, ada dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucu baginda Rasulullah, Hasan dan Husein. Kali ini mereka berdua yang meminta Bilal untuk mengumandangkan adzan, “Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan buat kami? Kami ingin mengenang kakek kami.”
Sembari menangis, Bilal memeluk kedua cucu Nabi itu. “wahai cahaya mataku, wahai dua orang yang sangat dicintai Rasul, sungguh wajib bagiku untuk memenuhi keinginan kalian. Jika saja semua penduduk bumi memintaku mengumandangkan adzan, aku tetap akan menolaknya. Akan tetapi, setiap permintaan kalian berdua, adalah keharusan bagiku untuk melaksanakannya.”
Lalu Bilal menaiki tempat di mana dahulu dia adzan pada masa Rasulullah. Mulailah dia mengumandangkan adzan. Saat lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok nan agung, suara yang begitu dirindukan, itu telah kembali, seakan kembali di masa hidup Rasulullah.
Ketika Bilal meneriakkan kata “Asyhadu an laa ilaha illallah”, seluruh isi kota madinah berlarian ke arah suara itu sembari berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan pun keluar.
Dan saat Bilal mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, Madinah pecah oleh tangisan rindu pada baginda Rasulullah. Semua manusia menangis, teringat masa-masa indah bersama Rasulullah. Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya. Lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Setelah itu ia jatuh pingsan bersama banyak orang yang lain karena kerinduan mereka akan sosok Rasulullah SAW.
Dan adzan itu, adzan yang tak bisa dirampungkan itu, adalah adzan pertama Bilal sekaligus adzan terakhirnya semenjak Rasulullah wafat. Dia tak pernah bersedia lagi mengumandangkan adzan. Sebab tangis kerinduannya yang sangat mencabik-cabik hatinya mengenang sosok agung yang karenanya diri bilal derajatnya terangkat begitu tinggi.
SEJATINYA, bukan karena bilal semua masyarakat Madinah berlarian menuju masjid nabawi, tetapi karena masyarakat melihat Rasulullah saat melihat bilal, msyarakat mendengar Rasulullah saat mendengar adzan Bilal. Seakan Rasulullah hidup kembali.
Itulah bukti bahwa amal ibadah dan eksistensi kita di dunia ini terlihat terang hanya karena sinar Rasulullah SAW, sinar para pendahulu kita. Maka jangan sekali-kali melupakan para pendahulu kita, jangan sekali-kalk melupakan doa untuk orang tua dan pendahulu kita sebab kita dapat bersinar karena sinar para pendahulu kita. Barangsiapa yang mendekat pada sinar pendahulu, maka dia akan bersinar dan juga akan menjadi sinar bagi generasi selanjutnya. Allah berfirman dalam surat Yasin ayat:
(إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ)
إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلاَمِ وَأَبْيَنَ النِّظَامِ، كَلاَمُ اللهِ اْلمَلِكِ الْعَلاَّمِ، وَاللهُ يَقُوْلُ، وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِ الْمُهْتَدُوْنَ، مَنْ عَمِلَ صَالحِاً فَلِنَفْسِهِ، وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا، وَمَا رَبُّكَ بِظَلاَّمٍ لِلْعَبِيْدِ. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِىْ الْقُرْأَنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنىِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ تَعَالَى هُوَ جَوَّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرَّاءٌ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
الخطبة الثانية
اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ شكرا علي ما أنعم أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ كَمَا أَمَرَ وَألزم، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شهادة من أمن به وأسلم وحاد من كفر وأرغم ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا اْلمُؤْمِنُوْنَ، اتَّقُوْا اللهَ إن الله أمركم بأمر بدأ فيه بنفسه ، وثنى بملائكته وأيه بالمؤمنين من عباده. وقال عز من قائل: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ. يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى مَلاَئِكَتِكَ الْمُقَرَّبِيْنَ وَأَنْبِيَائِكَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَأَهْلِ طَاعَتِكَ أَجْمَعِيْنَ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ وارحمنا بِرَحْمَتِكَ يَأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، أَللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا مَا قَدَّمْنَاهُ، وَمَا أَخَّرْنَاهُ، وَمَا أَسْرَرْناَهُ، وَمَا أَعْلَناَّهُ، وَأَحْصَيْتَهُ وَنَسِيْناَهُ، وَعَلِمْتَهُ وَجَهِلْناَهُ، وَلاَتَدَعْ لَنَا أَمَلاً إِلاَّ بَلَّغْتَنَاهُ، وَلاَسُؤْلاً إِلاَّ سَوَّغْتَناَهُ، وَلاَخَيْرًا إِلاَّ أَعْطَيْتَنَاهُ، وَلاَ شَرًّا إِلاَّ كَفَّيْتَنَاهُ.رَبَّناَ اغْفِرْلَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَ بِاْلإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ أَمَنُوْا رَبَّناَ إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ، رَبَّناَ أَتِناَ فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ.عِبَادَ اللهِ. إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِىْ القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُواْ اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.