Jangan di Klik

Featured Post Today
print this page
Latest Post

Khutbah Hari Raya Idul Adha 2016

Khutbah Idul Adha 2016
Oleh: Moh. Dliya'ul Chaq, M. HI.

أكبر الله أكبر الله أكبر -   الله أكبر الله أكبر الله أكبر   -الله أكبر الله أكبر الله أكبر   - لا إله إلا الله والله أكبر   -الله أكبر ولله الحمد . اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ.
الحمد لله الذي شرع لِعِبَادِهِ التَّقَرُّبَ إِلَيْهِ بِذَبْحِ الْقُرْبَانِ ،وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ذُو الْفَضْلِ وَالْاِمْتِنَانْ ، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله المصطفى على كل إِنْسَانْ ،اللهم صل وسلم على سيدنا محمد سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانْ  ،وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان ، أما بعد : أيها الناس اتقوا الله تعالى حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون ، الله أكبر ولله الحمد
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم 
(إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ)

Jamaah yang dirahmatiAllah..
Pagi ini, bersama-sama saudara kita sesama muslim, di seluruh dunia, kembali kita mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid. Bersyukur memuji asma Allah, mengesakan dzat-Nya dan mengangungkan kebesaran-Nya dalam suasana idul adha. Di kesempatan yang mulia ini, kami mengajak kepada pribadi kami dan seluruh masyarakat muslim untuk selalu bertaqwa kepada Allah dengan menjalankan seluruh perintahnya dan menjahui seluruh larangannya sebab kita di hadirkan ke dunia ini semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah
Mulia tidaknya kita di hadapan Allah, tidak ditentukan dengan banyaknya harta kita, banyaknya pengikut kita, banyaknya murid kita, tingginya pangkat kita, tetapi mulia tidaknya kita dihadapan Allah hanya ditentukan dengan kadar ketaqwaan kita kepada Allah

Ma'asyirol muslimin rohimakumulloh...
Setiap kali datangnya momentum hari raya idul adha, sosok yang pasti terlintas dalam benak kita adalah Nabi Ibrahim AS dan nabi Muhammad SAW. Karena keagungan dua nabi itu, hingga namanya selalu disebut dalam setiap shalat, tepatnya pada saat bacaan tahiyyat akhir. Hanya dua nabi itu, tidak ada yg lain. Hal ini menunjukkan bahwa agama islam mengajarkan:
1. Agar umat islam selalu mengenang para pendahulu yang telah merintis jalan menuju berbagai kebaikan.
2. Agar umat islam selalu mendoakan para pendahulu-pendahulu kita setiap waktu, termasuk orang tua kita
3. Agar umat Islam terus mentauladani para pendahulu kita
4. Agar umat islam berpegang teguh terhadap ajaran para pendahulu yang telah menunjukkan jalan terang menuju surga.

Hikmah dari ajaran itu adalah agar umat tidak pernah mengalami putusnya amal, walaupun telah mati. Manusia yang berbuat baik, kebaikannya akan terus dimanfaatkan oleh generasi selanjutnya. Orang tua yg mendidik anaknya menjadi anak shaleh, akan terus didoakan oleh anak shaleh itu walaupun telah mati. Begitupun generasi selanjutnya yg berbuat baik, kebaikannya akan terus dimanfaatkan oleh generasi-generasi selanjutnya. Inilah yang di sebut dengan amal jariyah. Amal yang tidak pahalanya tidak pernah terputus walaupun sudah mati. Generasi pertama menyinari generasi kedua. Generasi pertama dan kedua menyinari generasi ketiga. Dan begitu seterusnya. Ibaratnya, awalnya tidak ada lampu penerang. Lalu para pendahulu membuat lampu penerang. Dengan lampu penerang itulah kita menjadi tahu mana jalan yang lurus, dengan lampu penerang itulah kita menjadi terlihat oleh siapapun yang melihat kita. Maka, jika ada manusia yang telah bersinar di sisi Allah dan di sisi makhluk, seperti telah menjadi orang tua yg sukses mendidik anaknya, menjadi guru, ustadz, dosen, menjadi orang kaya yang suka bersedekah, menjadi manusia yg telah mampu beribadah kepada Allah, maka sejatinya hal itu merupakan jasa para pendahulu. Maka sangat tidak pantas jika ada manusia yang sombong dan ujub. Merasa lebih baik dari orang lain, merasa paling baik di antara yg lain, merasa bahwa apa yg dilakukannya adalah atas kepandainnya sendiri. Sebab sinar kemuliaan yang terlihat di sisi Allah dan makhluk sejatinya adalah sinar para pendahulu kita.

Sahabat Bilal, budak yang diangkat sebagai muadzdzin Rasulullah, menjadi mulia di sisi Allah dan di sisi makhluk karena sinar yang didapatnya dari Rasulullah. Setiap orang yang melihat Bilal yang terilihat adalah Rasulullah. Setiap Bilal mengumandangkan Adzan, yang terdengar adalah Rasulullah.
Dalam kisahnya, Sesaat setelah Rasulullah SAW mengembuskan nafas terakhir, waktu shalat tiba. Bilal berdiri untuk mengumandangkan azan, sementara jasad Rasulullah SAW masih belum dikebumikan. Saat Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi” (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah), tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang hadir di sana tak kuasa menahan tangis, maka meledaklah suara isak tangis yang membuat suasana semakin mengharu biru.

Karena setiap kali adzan selalu menangis dan tidak dapatvmelanjutkan adzannya, Bilal memohon kepada Abu Bakar, yang menggantikan posisi Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam sebagai khalifah, agar diperkenankan tidak mengumandangkan azan lagi. Dan akhirnya Bilal juga meminta izin untuk hijrah ke Syam (Syiria) agar tidak larut dalam kesedihan sepeninggal Rasulullah. Namun awalnya Abu Bakar tidak mengabulkan permohonan Bilal. Tetapi Bilal mendesaknya seraya berkata, “Jika dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka engkau berhak menahanku, tapi jika engkau telah memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju kepada-Nya.”

Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku benar-benar membelimu untuk Allah, dan aku memerdekakanmu juga karena Allah.”

Bilal menyahut, “Kalau begitu, biarkanlah aku tidak akan pernah mengumandangkan adzan untuk siapa pun setelah Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam wafat. Biarkan aku hanya menjadi muadzin Rosululloh saja. Rosululloh telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi."

Abu Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya.” Bilal pergi meninggalkan Madinah bersama pasukan yang dikirim oleh Abu Bakar menuju daerah Homs / Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus, Syiria.

Setelah tinggal lama di Syria, Bilal tidak pernah mengunjungi Madinah. Lalu sampai pada suatu malam, Rosululloh hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya:
"Ya Bilal, Wa maa hadzal jafa? Hai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku? Mengapa sampai seperti ini?". Bilal pun bangun terperanjat, air mata rindunya seketika tak terbendung lagi. Segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah kubur Rasulullah. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Nabi.

Setiba di Madinah, Bilal menangis di makam Rasulullah melepas rasa rindunya pada Nabi sang kekasih. Penduduk Madinah yang mengetahui kedatangannya, segera keluar dari rumah untuk menyambutnya seakan kembali pada masa Rasulullah. Ketika masuk waktu sholat, beberapa Sahabat meminta Bilal untuk mengumandangkan adzan. Akan tetapi Bilal terus menolak permintaan itu.

Saat itu, ada dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucu baginda Rasulullah, Hasan dan Husein. Kali ini mereka berdua yang meminta Bilal untuk mengumandangkan adzan, “Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan buat kami? Kami ingin mengenang kakek kami.”

Sembari menangis, Bilal memeluk kedua cucu Nabi itu. “wahai cahaya mataku, wahai dua orang yang sangat dicintai Rasul, sungguh wajib bagiku untuk memenuhi keinginan kalian. Jika saja semua penduduk bumi memintaku mengumandangkan adzan, aku tetap akan menolaknya. Akan tetapi, setiap permintaan kalian berdua, adalah keharusan bagiku untuk melaksanakannya.”

Lalu Bilal menaiki tempat di mana dahulu dia adzan pada masa Rasulullah. Mulailah dia mengumandangkan adzan. Saat lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok nan agung, suara yang begitu dirindukan, itu telah kembali, seakan kembali di masa hidup Rasulullah.

Ketika Bilal meneriakkan kata “Asyhadu an laa ilaha illallah”, seluruh isi kota madinah berlarian ke arah suara itu sembari berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan pun keluar.

Dan saat Bilal mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, Madinah pecah oleh tangisan rindu pada baginda Rasulullah. Semua manusia menangis, teringat masa-masa indah bersama Rasulullah. Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya. Lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Setelah itu ia jatuh pingsan bersama banyak orang yang lain karena kerinduan mereka akan sosok Rasulullah SAW.

Dan adzan itu, adzan yang tak bisa dirampungkan itu, adalah adzan pertama Bilal sekaligus adzan terakhirnya semenjak Rasulullah wafat. Dia tak pernah bersedia lagi mengumandangkan adzan. Sebab tangis kerinduannya yang sangat mencabik-cabik hatinya mengenang sosok agung yang karenanya diri bilal derajatnya terangkat begitu tinggi.

SEJATINYA, bukan karena bilal semua masyarakat Madinah berlarian menuju masjid nabawi, tetapi karena masyarakat melihat Rasulullah saat melihat bilal, msyarakat mendengar Rasulullah saat mendengar adzan Bilal. Seakan Rasulullah hidup kembali.

Itulah bukti bahwa amal ibadah dan eksistensi kita di dunia ini terlihat terang hanya karena sinar Rasulullah SAW, sinar para pendahulu kita. Maka jangan sekali-kali melupakan para pendahulu kita, jangan sekali-kalk melupakan doa untuk orang tua dan pendahulu kita sebab kita dapat bersinar karena sinar para pendahulu kita. Barangsiapa yang mendekat pada sinar pendahulu, maka dia akan bersinar dan juga akan menjadi sinar bagi generasi selanjutnya. Allah berfirman dalam surat Yasin ayat:
(إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ)

إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلاَمِ وَأَبْيَنَ النِّظَامِ، كَلاَمُ اللهِ اْلمَلِكِ الْعَلاَّمِ، وَاللهُ يَقُوْلُ، وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِ الْمُهْتَدُوْنَ، مَنْ عَمِلَ صَالحِاً فَلِنَفْسِهِ، وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا، وَمَا رَبُّكَ بِظَلاَّمٍ لِلْعَبِيْدِ. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِىْ الْقُرْأَنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنىِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ تَعَالَى هُوَ جَوَّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرَّاءٌ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

الخطبة الثانية
اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ شكرا علي ما أنعم أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ كَمَا أَمَرَ وَألزم، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شهادة من أمن به وأسلم وحاد من كفر وأرغم ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا اْلمُؤْمِنُوْنَ، اتَّقُوْا اللهَ إن الله أمركم بأمر بدأ فيه بنفسه ، وثنى بملائكته وأيه بالمؤمنين من عباده. وقال عز من قائل: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ. يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى مَلاَئِكَتِكَ الْمُقَرَّبِيْنَ وَأَنْبِيَائِكَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَأَهْلِ طَاعَتِكَ أَجْمَعِيْنَ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ وارحمنا بِرَحْمَتِكَ يَأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، أَللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا مَا قَدَّمْنَاهُ، وَمَا أَخَّرْنَاهُ، وَمَا أَسْرَرْناَهُ، وَمَا أَعْلَناَّهُ، وَأَحْصَيْتَهُ وَنَسِيْناَهُ، وَعَلِمْتَهُ وَجَهِلْناَهُ، وَلاَتَدَعْ لَنَا أَمَلاً إِلاَّ بَلَّغْتَنَاهُ، وَلاَسُؤْلاً إِلاَّ سَوَّغْتَناَهُ، وَلاَخَيْرًا إِلاَّ أَعْطَيْتَنَاهُ، وَلاَ شَرًّا إِلاَّ كَفَّيْتَنَاهُ.رَبَّناَ اغْفِرْلَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَ بِاْلإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ أَمَنُوْا رَبَّناَ إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ، رَبَّناَ أَتِناَ فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ.عِبَادَ اللهِ. إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِىْ القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُواْ اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.

0 comments

CARA MEMBUAT DAFTAR ISI SEKALI KLIK LANGSUNG KE HALAMAN TUJUAN

CARA MEMBUAT DAFTAR ISI SEKALI KLIK LANGSUNG KE HALAMAN TUJUAN

1. Blog Judul Halaman yang ingin di jadikan link tujuan. Contoh "Bab V Penutup"
2. Lalu Klik Insert
3. Lalu Klik Bookmark
4. Tulis judul halaman yang ingin dijadikan link tujuan dengan menghilangkan angka. tandabaca dan spasi. Gunakan garis bawah sebagai ganti spasi. Contoh "Bab_V_Penutup"
5. Lalu klik add
6. Lalu klik Hyperlink
7. Lalu Bookmark
8. Cari judul link yang diinginkan dan klik judul itu.
9. Klik OK
10. Selesai.
0 comments

PUASANYA SUAMI DGN 2 ISTRI

*PUASANYA SUAMI DGN 2 ISTRI*

Seorang suami yg beristri dua ditanyai
sama istri tuanya :
Istri Tua : "Mas puasa nanti gimana?
15 hari pertama apa 15 hari kedua di
rumahku? "
Suami: "Insyaallah setiap hari sampai
selesai puasa aku akan dirumahmu
terus."
Istri Tua: "Alhamdulillah, kamu
memang suami yg bijak. Tapi benar
mas akan di rumahku tiap hari, terus
kapan ke tempat dia (yg muda)? "
Suami : "Kesana mah setiap malam aja
habis buka puasa.....sampai imsak. "
Istri Tua: "Preett....

0 comments

ISTRI CANTIK SENILAI EMAS

ISTRI CANTIK SENILAI EMAS

"Pak Paidi ,  istri anda cantik sekali," kata seorang Raja Minyak Arab, "Boleh nggak saya tukar dengan emas seberat tubuhnya?"

"Beri saya waktu beberapa hari," jawab Paidi.

"Apakah anda mau pikir-pikir dulu?" tanya Raja Minyak

Jawab Paidi, polos : "Bukan! Mau saya gemukkan dulu."

0 comments

Website Luar Negeri Penyedia Lowongan Pekerjaan Di Luar Negeri

Website Luar Negeri Penyedia Lowongan Pekerjaan Di Luar Negeri

Lecturer In Islamic Economics and Finance
Al-Maktoum College of Higher Education
http://www.jobs.ac.uk/job/AOH517/

Senior Lecturer / Reader In Islamic Economics and Finance
Al-Maktoum College of Higher Education
http://www.jobs.ac.uk/job/AOH522/

0 comments

Inilah alasan mengapa aku pecat sekretarisku

Inilah alasan mengapa aku pecat sekretarisku...!!!

Minggu lalu, ultahku yang ke-50 th..
Aku turun sarapan dgn harapan istriku ingat & mengucapkan dgn penuh mesra “Selamat Ultah ya Suamiku Sayang".

Wkt brlalu, istriku sama sekali tidak mengucapkan sesuatu ! Ya, itulah istriku !

Mungkn anak"ku ingat ultah papanya *pikirku
Tapii,trnyta anak2 dtng ke meja utk sarapan, dan mreka tdk berucap satu katapun kpdku.. #:-s

Akhirnya aku brangkat kerja dgn rasa Sedih..

Aku masuk ke ruangan, sekretarisku, Asti menyapaku :
“Pagi Pak, Selamat ulang tahun“
Aku merasa sedikit terobati, sbab sekretarisku mengingat hari ulang tahunku.

Jam makan siang, Asti mengetuk pintu ruanganku “Apakah Bpk tidak sadar bahwa hari ini begitu cerah, Hari uLtah Bpk, mari kita pergi lunch"

“Wow, itu Ide yg baik..! Ok, Lets go..“ ujarku

Kamipun pergi makan siang berdua.
*
Stlh lunch, asti berkata
“Ini adalah hari yg indah, kita tdk perlu kmbli ke kantor kan Pak?“
*
Saya mengangguk !
*
Lalu Asti mengajak saya mampir ke apartemennya.

Setiba di apartemennya, dia berkata
“Pak, maaf tunggu sebentar, saya mau ke ruang tidur melepaskan sesuatu agar lebih nyaman“

"Okay...!!! " sahutku dgn gembira.
"Pasti ML nech " pikiranku nakal....

Asti masuk ke kamar tidur.
Kira-kira 10 menit kmudian...........
Asti keluar membawa KUE ultah, tapi...
diiringi Istri & anak2ku serta sejumlah rekan kerjaku sambil bernyanyi "Selamat Ulang Tahun"

Sementara aku......

duduk TERPAKU di atas sofa, dgn TELANJANG tanpa sehelai benangpun... !!!
😂😂😂

0 comments

Kalimat Mutiara Hikmah

KUMPULAN KALIMAT HIKMAH

1. Gus Doel Rofie (Sa'dulloh Syarofi bin Khusain Ilyas) Mojokerto
Jangan (sekali-kali) mengawali harimu dengan (membawa-bawa ingatan tentang) kepingan rusak (hari-hari) kemarin. (Anggap saja) setiap pagi (saat) kita bangun adalah hari pertama (sekaligus awal baru) dari hidup kita yang tersisa.

2. Gus Doel Rofie (Sa'dulloh Syarofi bin Khusain Ilyas) Mojokerto

Hidup (ter)berkah(i) adalah yang bebas dari tekanan masa lalu, lebih nikmat lagi jika bisa tidak menganggapnya sebagai beban yang mengganggu.
Yang berlalu, berlalulah. Kuusahakan cukup mengingat (hal) yang baik-baik saja, karena (pada hakikatnya) Tuhan tidak pernah menciptakan yang salah-salah, atau yang memicu kesalahan-kesalahan.
==SELF SUGGESTION==
Rabbanaa maa chalaq-Ta haadza baathilan, subchaana-Ka... 🙏

0 comments

Pengarang Amtsilatut Tashrifiyyah

ULAMA NUSANTARA DAN KARYANYA.

Kiai Ma’shum bin Ali, Ulama' Nusantara, Maestro Shorof Ahli Falak, Pengarang Kitab Fenomenal Amtsilatut Tasrifiyyah

فعل-يفعل-فعلا-ومفعلا-فهو-فاعل-وذاك-مفعول-افعل-لا تفعل-مفعل ٢×-مفعل

Bait diatas mungkin tak asing di telinga kita, khususnya kalangan pesantren. Bait yang merupakan bagian dari rumus dari mempelajari ilmu gramatikal ini ternyata adalah Mahakarya Ulama' Nusantara, KH. Ma'shum bin Ali. Ulama' yang juga pengasuh pondok di Desa Seblak, Kecamatan Diwek inilah Sang Muallif kitab yang menjadi rujukan hampir setiap pesantren bahkan sampai mancanegara. Kitab yang dikenal dengan "Tasrifan" ini membuat ilmu shorof yang terasa rumit begitu mudah karena disajikan dalam bentuk bait. Kitab mahakarya Menantu KH. Hasyim Asy'ari dari putrinyya Khoiriyyah ini jika diteliti ternyata sistematikan terdapat makna filosofi begitu tinggi.
Salah satunya filosofi tentang
pendidikan karakter sebagaimana tertuang dalam fi’il tsulasi mujarrad seperti dalam enam kalimat awal setelah wazan فعل-يفعل
Yakni نصر-ضرب-فتح-علم-حسن-حسب yang bermakna
“Pada awalnya sang santri yang menuntut ilmu ditolong oleh orang tuanya ( ﻧَﺼَﺮَ), sesampainya di pondok pesantren ia dipukul dan dididik ( ﺿَﺮَﺏَ). Kemudian setelah tersakiti dari dipukul, maka hatinya akan terbuka ( ﻓَﺘَﺢَ). Kemudian barulah ia akan menjadi orang yang mengetahui/pintar ( ﻋَﻠِﻢَ) dan yang menuntutnya agar berbuat baik ( ﺣَﺴُﻦَ). Seraya berharap masuk surga di sisi Allah SWT ( ﺣَﺴِﺐَ).

Dan sistematika diatas dirangkum dalam bait :

ﻓَﺘْﺢُ ﺿَﻢٍّ ﻓَﺘْﺢُ ﻛَﺴْﺮٍ ﻓَﺘْﺤَﺘَﺎﻥِ * ﻛَﺴْﺮُ ﻓَﺘْﺢٍ ﺿَﻢُّ ﺿَﻢٍّﻛَﺴْﺮَﺗَﺎﻥِ

Pengarang kitab ilmu sharaf legendaris ini berasal Kota Pudak, Gresik. Awal pendidikannya diasuh oleh ayahnya sendiri kemudian melanjutkan ke Tebuireng. Kedatangannya ke sana juga disusul oleh adik kandungnya, KH. Adlan Ali yang kelak atas inisiatif Hadratus Syeikh, mendirikan Pondok Putri Wali Songo depan Pabrik Gula Cukir, Jombang.

Setelah lama mengabdi di Tebuireng beliau berhijrah ke Dusun Seblak 300 M sebelah barat Tebuireng yang di kala itu masyarakatnya masih banyak yang melakukan
kemungkaran, seperti warga Tebuireng di masa lampau sebelum , Kyai Hasyim mendirikan pesantren. Dan setelah melalui perjuangan begitu keras akhirnya membuahkan hasil, maka pada tahun 1913, ketika usianya baru 26 tahun, beliau mendirikan sebuah rumah sederhana yang terbuat dari bambu yang berkembang menjadi pondok dan masjid dan berkembang cukup pesat.

Meski sudah berhasil mendirikan pondok, tetapi beliau tetap istiqomah mengajar di Madrasah Salafiyah Syafiiyah Tebuireng, membantu Hadratus Syeikh mendidik santri.

Selain mahir dalam ilmu gramatikal arab dalam Amsila At-Tasrifiyyah, beliau juga memiliki karya lain seperti Fathul Qadir. Kitab pertama di Nusantara yang menerangkan ukuran dan takaran Arab dalam bahasa Indonesia. Kitab ini diterbitkan Salim Nabhan Surabaya pada tahun 1920-an, ketika beliau masih hidup. Jumlah halamannya lumayan tipis tapi lengkap. Kitab ini juga tidak sulit ditemukan di pasaran.

Ad-Durus al-Falakiyah adalah karya beliau yang lain dalam.bidang ilmu falak, dimana dalam kitab ini ilmu perbintangan ini disajikan dengan simpel karena disusun secara sistematis dan konseptual. Di dalamnya termuat ilmu hitung, logaritma, almanak Masehi dan Hijriyah, posisi matahari, dan sebagainya. Kitab yang diterbitkan oleh Salim Nabhan Surabaya tahun 1375 H ini, terdiri dari tiga juz yang setiap juz terdiri dari 109 halaman.

Kitab keempat adalah Badi’atul Mitsal. Kitab ini juga menerangkan perihal ilmu falak. Beliau berpatokan bahwa yang menjadi pusat peredaran alam semesta bukanlah matahari sebagaimana teori yang datang kemudian, melainkan bumi. Sedangkan matahari, planet dan bintang yang jumlahnya demikian banyak, berjalan mengelilingi bumi. Teori ini mirip teori Geosentris oleh Claudius Ptolomeus.

Meski berilmu tinggi beliau begitu tawaddu', akrab dengan masyarakat dan bersedia berguru pada siapun tak pandang bulu seperti beliau yang pernah berguru kepada seorang nelayan di atas perahu yakni selama dalam perjalanan haji dan Hasil dari perjalanan itu beliau bisa menuntaskan kitab Badi’ah al-Mitsal.

Beliau juga dikenal sufi dan zuhud sebagaimana sesaat menjelang wafat seluruh fotonya dibakar. Padahal koleksi itu adalah satu-satunya foto yang dimiliki. Hal ini tidak lain karena beliau takut identitasnya diketahui banyak orang, yang nantinya akan menimbulkan penyakit hati seperti riya’, ujub, dan sombong.

Dalam kesehariannya beliau juga mencerminkan sosok pribadi yang harmonis, baik bersama masyarakat, keluarga, maupun santri. Seperti pada mertuanya Kyai Hasyim sepulangnya dari Mekkah tahun 1332 H, tak lupa beliau membawakan kitab al-Jawahir al-Lawami’ sebagai hadiah. Bahkan kitab as-Syifa’ yang pernah diberikannya, menjadi kitab referensi utama hadratus syeikh ketika mengarang kitab.

Tetapi disisi lain beliau juga pernah berdebat dengan sang mertua sebagaimana penuturan almarhumah Nyai Khoiriyah Hasyim
Tentang dua persoalan. Pertama, soal hukum foto yang Menurut Kiai Ma’shum, foto tidak haram. Sedangkan Kyai Hasyim berpandangan sebaliknya.
Persoalan kedua adalah permulaan bulan puasa.

Kiai Ma’shum, yang mumpuni ilmu falaknya telah menentukannya dengan hisab (perhitungan astronomis), sedangkan Hadratus Syeikh memilih dengan teori rukyatul hilal (observasi bulan). Dan karena perbedaan ini, keluarga Kiai Ma’sum di Seblak terlebih dahulu berpuasa daripada keluarga Mbah Hasyim dan santrinya di Tebuireng.

Dan pada akhirnya Allah SWT memanggil kekasihnya ini pada tnggal 24 Ramadhan 1351 atau 8 Januari 1933, setelah sebelumnya sempat menderita penyakit paru-paru dengan usia 46 tahun dan dimakamkan di kompleks pemakaman pesantren Tebuireng Cukir Jombang.

0 comments

Sulitnya Menjadi Manusia Yang Manusia

Begitu sulitnya menjadi manusia yang benar-benar manusia pada zaman ini, saat yang ada di sekitar kita saat ini adalah sistem dan perangkat yang memaksa kita kehilangan atau menghilangkan kemanusiaan kita. Tak ada lagi kasih sayang karena yang diburu adalah keuntungan bukan kebahagiaan. Tak ada lagi saling membantu karena semua harus diukur dengan uang. Tak ada lagi persahabatan sejati karena yang ada adalah kepentingan sesaat yang menipu.

Begitu sulitnya menjadi manusia yang betul-betul manusia saat ini, saat budaya yang diciptakan manusia adalah budaya yang membunuh kemanusiaan para manusia. Tak ada lagi budaya malu karena hidup modern adalah dimaknai kebebasan sebebas-bebasnya termasuk bebas tampil beda walau keluar dari etika yang disepakati oleh orang-orang waras.

Begitu sulitnya menjadi manusia zaman ini, saat di mana pangkat, jabatan dan kekuasaan menjadi ukuran kemuliaan sementara nilai akhlak dan kemanfaatan diri tak menjadi pusat perhatian. Nilai kemanusian dicincang dan dibunuh, sementara nilai ketidakmanusiaan dilegalkan demi mencapai "kemuliaan" duniawi itu.

Begitu sulitnya menjadi manusia yang betul-betul manusia di zaman ini, saat senyuman, tawa dan tangisan tak lagi hadir dari hati yang tulus melainkan muncul karena motif politik, motif ekonomi dan motif berwarna kepentingan diri. Sulit mencari orang yang mau berbagi senyuman demi kebahagiaan bersama, sulit pula menemukan orang yang mau menangis memohonkan bahagia untuk orang lain. Yang banyak adalah senyum sinis, tawa ejekan dan tangisan palsu.

Sulit sekali menjadi manusia yang betul-betul manusia di zaman ini. Tetaplah menjadi manusia yang menjaga kemanusiaan diri dan kemanusiaan orang lain. Jangan rendahkan martabat orang lain, tangan lukai perasaan orang lain, dan berbagilah bahagia dengan mereka yang masih menderita.

0 comments

Luruskan Niat Mantapkan Hati Ketika Kaki Melangkah Di Pesantren

Saat kaki menginjak tanah pesantren, itulah saat dimana sang pencari ilmu memulai langkah menuju kesuksesan ukhrowi dan duniawi. Sebab, kehidupan di pesantren penuh dengan pembelajaran tentang kehidupan yang sejati. Ia akan akan tahu betapa mulianya ilmu, betapa mulianya guru, betapa berharganya teman, dan ia akan sadar betapa berharganya kedua orang tuanya saat ia telah menginjakkan kaki di pesantren. Dan pada akhirnya akan menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang hamba Allah. Setidaknya itulah santri.

Istilah santri telah dikenal masyarakat Indonesia bahkan dunia. Di Indonesia, banyak santri telah berperan dalam skala nasional dan memberikan warna. Pun telah banyak santri yang berperan dalam skala internasional. Pesantren yang dulunya dikenal kolot mulai membuka pintu dengan mengadopsi beberapa system dan model pendidikan modern non pesantren. Sebaliknya, sistem pendidikan pesantren pun telah banyak diadopsi oleh masyarakat non pesantren. Hasilnya, banyak sekali santri-santri yang mampu berperan dalam skala nasional maupun internasional. Namun anehnya, permasalahan bangsa tentang dekadensi moral tidak menjadi berkurang, bahkan banyak masyarakat yang menilai dalam kondisi darurat. Mulai dari darurat narkoba, darurat pornoaksi, darurat asusila, dan darurat lainnya. Masalah teroris dan faham-faham islam garis keras juga marak bermunculan. Sepertinya santri yang telah berperan tidak mampu mewarnai dengan warna pesantren. Malah terlihat ikut terwarnai oleh warna non pesantren. Tapi semoga saja tidak.
Pertanyaannya adalah, bagaimana menjadi santri yang mampu mewarnai dunia, mampu bersaing dan berkontribusi dalam lingkup internasional. Menurut penulis, jika melihat santri masa lalu dengan produk pesantren salaf sepertinya secara kualitas akhlaknya melebihi santri masa kini, walaupun secara kualitas dan kuantitas kelimuan bisa dibilang sama atau bahkan lebih baik masa kini. Oleh karenanya, santri masa kini perlu kembali menerapkan metode nyantri yang telah dicanangkan ulama’ salaf ASWAJA dan tetap mengambil metode pembelajaran moderan dalam rangka al-Mukhafadhoh ‘alal Qodimisshalih wal AKhdzu Bil Jadidil Ashlakh” sehingga istilah santri sebagai personifikasi orang yang sopan, berakhlak, bertaqwa, bermanfaat, rendah hati, memiliki keilmuan yang mumpuni benar-benar bukan tinggal kenangan dan bukan sekedar nama hari besar nasional.
Metode nyantri yang telah dicanangkan ulama’ salaf ASWAJA dan telah banyak dilaksanakan oleh santri masa lalu, sebagaimana dijelaskan dalam ta’lim al-muta’allim, ihya’ ulumuddin, adab al-alim wa al-muta’allim dan beberpa kitab lainnya, menurut penulis dapat disimpulkan pada lima pokok:
Meluruskan Niat di Pesantren
Niat adalah menjadikan sesuatu sebagai yang diinginkan disertai dengan melaksanakan pekerjaan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Dan tempatnya niat ada dalam hati. Dalam bahasa lain, niat adalah motivasi hati.Niat menempati peran penting untuk mencapai keberhasilan usaha, sebagaimana keterangan sebuah hadits:
عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَقَّاصٍ اللَّيْثِىِّ قَالَ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ :« أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ ، وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ ».
Hadits ini menunjukkan bahwa kunci keberhasilan usaha adalah niat. Segala bentuk keberhasilan sejatinya adalah hak Allah. Maka jika apapun niatnya adalah Allah semata (ikhlash lillahi ta’ala), maka orang yang niat akan dekat dengan Allah. Dan siapapun yang dekat dengan Allah maka pasti apapun akan diberikan oleh Allah SWT. Maka jelaslah bahwa niat menempati posisi yang paling penting dalam setiap usaha mencapai keberhasilan, termasuk usaha menuntut ilmu.
Dalam Sunan al-Bayhaqi diriwayatkan, ketika fathu makkah, Rasulullah melindungi semua kafir Mekkah yang melakukan perjanjian damai dengan beliau, kecuali empat laki-laki yang tetap diperintahkan untuk membunuhnnya, yaitu Ikrimah bin Abi Jahal, Abdullah bin Khuthol, Maqis bin Shobabah, Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarakh. Sejak pengumuman itu kemmpat orang ini melarikan diri. Abdullah bin Khuthol dan Maqis bin Shobabah ditemukan masyarakat lalu dibunuh. Ikrimah bin Abi Jahal melarikan diri dengan menyebrangi laut merah dengan naik kapal. Namun saat berada di tengah laut,  terjadi badai. Semua peumpang panic dan takut. Lalu beberapa dari mereka berteriak, “ikhlaslah terhadap Tuhan kalian karena Tuhan tidak membutuhkan kalian”. Lalu Ikrimah bin Abi Jahal berkata, “Wallahi, jika memang ikhlas dapat menyelamatkanku, Ya Allah jika memang hal ini dapat menjadi perjanjian kita, maka Aku akan dating pada Muhammad dan menyerahkan tanganku kepada tangannya (dengan ikhlas)”. Lalu badai pun berhenti. Dan Ikrimah pun menyerahkan diri pada Nabi Muhammad dengan ikhlas karena Allah. Rasulullah memaafkan dan akhirnya Ikrimah bin Abu Jahal masuk Islam dan mengikti berbagai peperangan melawan orang yang memerangi Islam.
Dalam menuntut Ilmu, niat yang ikhlas adalah kewajiban. Rasulullah bahkan mengancam dalam sebuah hadits:
عن أبي هريرة ــ رضي الله عنه ــ قال قال : رسول الله ــ صلى الله عليه وسلم ــ ( من تعلم علماً مما يبتغى به وجه الله عز وجل لا يتعلمه إلا ليصيب به عرضاً من الدنيا لم يجد عرف الجنة يوم القيامة ــ يعني ريحها ــ ) رواه أحمد وأبو داود وابن ماجه بسند صحيح
“Dari Abu Hurayrah, Rasulullah bersabda: Barangsiapa yang belajar ilmu bukan bertujuan karena Allah tetapi ingin mendapatkan harta dunia maka ia tidak akan mencium bau surga:”
Maka tidak benar jika niat mencari ilmu bertujuan agar kelak dihormati orang, agar mudah mencari pekerjaan, agar kelak menjadi pandai ceramah sehingga dibayar mahal, agar mendapatkan ijazah, dan lain sebagainya.

Memahami tujuan di Pesantren
Pesantren adalah tempat belajar agama Islam. Dengan adanya pesantren, maka agama allah akan menjadi luhur (kalimatullohi hiya al-ulya). Tujuan berada di pesantren adalah untuk mencari ilmu sebab mencari ilmu adalah sebuah kewajiban. Perintah untuk mencari ilmu bertujuan untuk menghilangkan kebodohan. Perintah untuk menghilangkan kebodohan dapat dilihat saat pertama Nabi Adam diberi ilmu oleh Allah SWT. Selain itu juga dapat dilihat dari ayat yang pertama kali diturunkan pada nabi Muhammad adalah perintah untuk membaca. Membaca adalah salah satu bnetuk belajar atau mencari ilmu. Dengan demikian, tujuan di pesantren adalah untuk menghilangkan kebodohan agar dapat meluhurkan agama Allah. Hal ini diistilahkan oleh Syekh Muhammad Jamaluddin Ahmad dengan Li I’la’I Kalimatillah.

Melaksanakan segala yang menjadi wasilah mencapai tujuan
Orang yang telah menginjakkan kaki di pesantren berarti ia telah memilih keputusan untuk mencari kebahagiaan dunia akhirat. Setiap orang yang mengambil keputusan harus rela dengan berbagai resiko yang dihadapi (الرضا بالشيء رضى بما يتولد منه) dan harus konsentrasi terhadap keputusannya agar tujuannya segera tercapai dengan cara konsentrasi dan konsisten melaksanakan segala segala yang menjadi wasilah mencapai tujuan. Menurut Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ ulumuddin, orang yang mencari ilmu harus meminimalisir segala hal yang berhubungan dengan aktifitas duniawi yang dapat menjauhkan dari aktifitas mencari ilmu. (أن يقلل علائقه من الاشتغال بالدنيا ويبعد عن الأهل والوطن فإن العلائق شاغلة وصارفة). Menurut Imam al-Ghazali, manusia hanya diberi Allah satu hati (ما جعل الله لرجل من قلبين في جوفه), maka tidak mungkin terisi dengan bebagai hal. Maka skala prioritas harus ada dalam setiap hati manusia. Sedangkan prioritas bagi pencari ilmu di pesantren adalah mengaji ilmu-ilmu agama Islam. Maka jika pencari ilmu tersibukkan dengan sesuatu yang bukan menjadi niat dan tujuan awal maka dipastikan akan terjadi deorientasi (berpaling dari tujuan awal), sebagaimana dalam kaidah:
الاشتغال بغير المقصود إعراض عن المقصود
Menjunjung Tinggi Akhlak (Bersih Hatinya dan Sopan Perilakunya)
Akhlak memiliki peran penting dalam kehidupan di dunia. Begitu pentingnya akhlak hingga Rasulullah diutus ke muka bumi ini hanya untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana hadits Rasulullah:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ
Mengingat ilmu adalah kunci kehidupan, maka para pencari ilmu harus benar-benar memiliki akhlak yang terpuji dan meninggalkan akhlak yang tercela. Jika diibaratkan, maka ilmu ibarat pancoran air dan pencari ilmu adalah gelas untuk mewadahi air. Maka jika gelasnya kotor karena tidak berakhlak dan suka bermaksiat maka air yang yang masuk ke dalam gelas pun juga kotor. Jika diminum akan membahayakan.
Akhlak dalam mencari ilmu memiliki cakupan yang luas, bukan hanya akhlak terhadap sesama, tetapi juga akhlak terhadap Tuhan, terhadap guru, dan juga terhadap ilmu.
Akhlak Terhadap Tuhan
Bagi seorang pencari ilmu, akhlak terhadap Allah harus benar-benar dijaga dengan baik dengan cara menghindari maksiat, baik maksiat batiniah atau lahiriah. Dalam bahasa lain yang digunakan dalam ta’lim muta’allim adalah harus taqwa kepada Allah dalam keadaan sirri (sendirian) atau ‘alaniyah (dihadapan orang lain). Maksiat kepada Allah benar-benar terbukti secara medis dan dalam berbagai fakta dapat merusak otak, konsentrasi dan hafalan. Imam al-Syafi’I pernah mengalami hal ini. Suatu saat, Imam al-Syafi’i tanpa sengaja melihat wajah wanita yang sangat cantik. Setelah kejadian itu Imam al-Syafi’I benar-benar sulit menghafal pelajarannya yang diterima dari gurunya bernama Syekh Waqi’. Lalu Imam al-Syafi’I menyampaikan kondisi ini secara jujur kepada Syekh Waqi’. Dan gurunya itu menasehatinya agar meninggalkan maksiat sebab ilmu adalah cahaya. Dan cahaya tidak akan diberikan pada orang yang bermaksiat. Bukti lain bahwa maksiat dapat merusak otak dan menghilangkan konsentrasi belajar adalah meminum khamer, pacara, melihat yang berbau porno dan lain sebagainya.
Selain itu, wajar jika orang yang mencari ilmu harus menininggalkan maksiat dan berakhlak yang baik pada Allah karena sejatinya orang yang belajar ilmu dan para ulama’ adalah orang yang sedang bersama Allah dan bersanding sejajar dengan Allah dan malaikatnya, sebagaimana firman Allah:
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (١٨)
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Akhlak Terhadap Guru
Guru bagi pencari ilmu adalah orang yang paling utama yang harus dihormati sebab guru adalah sumber ilmu. Sang pencari ilmu tidak akan dapat memahami ilmu jika bukan karena jasa guru. Imam al-Ghazali mengibaratkan guru adalah dokter dan murid adalah pasien yang sedang sakit, maka segala nasehatnya harus dilaksanakan. Dalam Ta’lim al-Muta’allim, ihya’ ulumuddin dan beberapa kitab akhlak lainnya, di antara akhlak yang harus dilakukan terhadap guru adalah:
Melaksanakan nasehat atau petunjuk guru secara total atau pasrah
Khidmah (meladeni: jawa) guru
Tawadlu’ terhadap guru
Dilarang menyakiti hati guru
Dilarang menirukan gaya guru
Dilarang duduk ditempat duduknya guru
Dilarang membicarakan kejelekan guru
Dilarang bertanya yang tujuannya nge-tes atau mencar-cari kekurangan ilmu guru, tetapi bertanyalah karena tidak tahu.
Hormati segala yang berhubungan dengan guru, seperti anak guru, tempat duduk guru, sandal guru dan lain sebagainya.
Sabar menerima perintah apapun dari guru, termasuk hukuman
Alasan ilmiah-logis bahwa guru harus dihormati dan dimuliakan adalah selain guru memiliki jasa yang sangat besar terhadap kesuksesan pencari ilmu, guru adalah kepanjangan tangan Tuhan dalam menyampaikan ilmu. Maka sangat tepat jika terdapat berbagai ulama’ yang menyatakan bahwa bagi seorang murid, Ridlolloh fi Ridlosysyaikh (Ridlonya Allah berada pada Ridlonya Guru). Terkait hal ini, penulis sempat dinasehati oleh Syekh Muhammad Jamaluddin Ahmad saat penulis dan beberapa teman telah menyelesaikan studi di tingkat Madrasah Aliyah. Beliau dawuh, “Dimanapun kalian kuliah, domisililah di pondok. Dan jangan sekali-kali melihat atau mengomongkan kejelekan kyai”. Sepertinya beliau sudah melihat gejala-gejala bahwa mahasiswa walaupun dari pesantren sering membicarakan dan melihat kejelekan guru-gurunya. Semoga tidak menjalar ke pesantren.
Maka taatilah kyai, taatilah guru. Jangan sekali-kali mengeluh atas apa yang telah diberikan oleh kyai atau guru-guru karena sejatinya akan berpengaruh terhadap ilmu yang diperoleh.
Akhlak Terhadap Sesama
Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumuddin menyatakan bahwa adab menuntut ilmu adalah membersihkan hati dari sifat-sifat yang tercela karena ilmu adalah ibadah yang dilakukan oleh hati, bukan ibadah yang hanya dilakukan oleh badan  (تقديم طهارة النفس عن رذائل الأخلاق ومذموم الأوصاف إذ العلم عبادة القلب). Selain itu Imam al-Ghazali juga menyatakan bahwa pencari ilmu harus menghiasi diri dengan sifat yang terpuji (أن يكون قصد المتعلم في الحال تحلية باطنه وتجميله بالفضيلة وفي المآل القرب من الله سبحانه والترقي إلى جوار الملأ الأعلى من الملائكة والمقربين). Maka sifat iri, dengki, sombong, ‘ujub (bangga terhadap diri sendiri), pamer (riya’), pemarah, suka menuruti syahwat, dan lain sebagainya harus dihilangkan dari hati orang yang sedang mencari ilmu. Imam al-Ghazali memberikan alas an, bahwa orang berilmu (pencari ilmu) adalah orang-orang yang derajaktnya sangat tinggi di sisi Allah (يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات) maka tidak pantas jika memiliki sifat-sifat yang tercela. Selain itu, kemanfaatan ilmu bukan untuk dirinya sendiri melainkan juga harus disebarkan pada orang lain. Maka sangat sulit akan disebarkan atau diterima orang lain jika tidak memiliki akhlak diri yang baik yang menghilangkan rasa simpati orang lain hingga enggan menerima ilmu yang diajarkannya.
Akhlak Terhadap Ilmu
Ilmu dan sarana ilmu yang lain juga harus mendapatkan perhatian akhlak bagi orang yang sedang mencari ilmu. Di antaranya, suci saat belajar/mengaji/sekolah, membawa buku/kitab dengan tangan kanan, menaruh buku di tempat yang jauh dari kaki. Imam al-Ghazali menyatakan dalam kitab ihya’ ulumuddin, bahwa jangan mempelajari fan ilmu lain sebelum menguasai ilmu yang sedang dipelajari dan harus selalu muthola’ah (belajar). Artinya bahwa salah satu cara menghormati ilmu adalah dengan menguasai dan selalu belajar (muthola’ah).

Hidup sesuai aturan Pesantren
Sebagaiman yang telah dijelaskan bahwa orang yang telah menginjakkan kaki di pesantren berarti ia telah memilih keputusan untuk mencari kebahagiaan dunia akhirat. Setiap orang yang mengambil keputusan harus rela dengan berbagai resiko yang dihadapi (الرضا بالشيء رضى بما يتولد منه). Maka bagaimanapun aturan pesantren harus ditaati. Sejatinya peraturan pesantren adalah perintah dari guru yang tertulis. Maka mentaati peraturan pesantren sama halnya dengan mentaati guru.

Selain lima hal pokok di atas, Sykeh Muhammad Jamaluddin Ahmad juga menyampaikan pada santri-santrinya, bahwa rukun santri adalah Shalat  berjamaah, mengaji, sekolah dan taat peraturan. Sementara itu Imam al-Syafi’I pernah menyatakan dalam sebuah syair yang terkenal:
ألا لا تنال العلم إلا بستة ... سأنبيك عَنْ مجموعها ببيان
ذكاء وحرص واصطبار وبلغة ... وإرشاد أستاذ وطول زمان
“Wahai saudarakku ingatlah engkau tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali dengan enam syarat : kecerdasan, kerakusan (akan ilmu), sabar, memiliki biaya, mendapat petunjuk guru (ada guru yang mengajari), dan menempuh waktu yang lama”
Kunci kesuksesan dunia akhirat adalah adalah berprasangka baik terhadap Allah. Prasangka baik atau kemantapan dalam hati adalah doa yang mustajabah, sebagaimana dalam hadits qudsi:
عَنْ حِبَّانَ بْنِ أَبِي النَّضْرِ ، قَالَ : خَرَجْتُ عَائِدًا لِيَزِيدَ بْنِ الأَسْوَدِ ، فَلَقِيتُ وَاثِلَةَ بْنَ الأَسْقَعِ وَهُوَ يُرِيدُ عِيَادَتَهُ ، فَدَخَلْنَا عَلَيْهِ ، فَلَمَّا رَأَى وَاثِلَةَ بَسَطَ يَدَهُ وَجَعَلَ يُشِيرُ إِلَيْهِ ، فَأَقْبَلَ وَاثِلَةُ حَتَّى جَلَسَ ، فَأَخَذَ يَزِيدُ بِكَفَّيْ وَاثِلَةَ فَجَعَلَهُمَا عَلَى وَجْهِهِ ، فَقَالَ وَاثِلَةُ : كَيْفَ ظَنُّكَ بِاللهِ ؟ قَالَ : ظَنِّي بِاللهِ وَاللهِ حَسَنٌ ، قَالَ : فَأَبْشِرْ ، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم ، يَقُولُ : قَالَ اللَّهُ , عَزَّ وَجَلَّ : أَنَا عِنْدَ ظَنَّ عَبْدِي بِي ، إِنْ ظَنَّ خَيْرًا فَلَهُ ، وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ.
Maka, yakinlah bahwa langkah anda yang telah memilih pesantren sebagai awal menuju kebahagiaan adalah benar dan akan diwujudkan oleh Allah SWT.

0 comments
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. EKSPLORIA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger