Jangan di Klik

Featured Post Today
print this page
Latest Post

Memaafkan (Halal Bi Halal)

Memaafkan (Halal Bi Halal)

Pada suatu hari, Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan para sahabatnya.
Di tengah perbincangan dengan para sahabatnya, tiba-tiba Rasulullah saw. tertawa ringan sampai-sampai terlihat gigi beliau yang putih dan rapih.
Umar r.a. yang berada di di situ, bertanya,  _"Demi engkau, ayah dan ibuku sebagai tebusannya, apa yang membuatmu tertawa, wahai Rasulullah?"_

Rasulullah SAW menjawab,
_"Aku diberitahu bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala mereka di hadapan Allah. Salah satunya mengadu kepada Allah sambil berkata, ‘Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku’._

Allah SWT berfirman, _"Bagaimana mungkin saudaramu ini bisa melakukan itu, karena tidak ada kebaikan di dalam dirinya?"_

Orang itu berkata,  _"Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku dipikul olehnya."_

Sampai di sini, mata Rasulullah SAW berkaca-kaca. Beliau Rasulullah SAW tidak mampu menahan tetesan airmatanya. Beliau menangis...
Lalu, beliau Rasulullah berkata,
_"Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain yang memikul dosa-dosa nya."_

Rasulullah SAW  melanjutkan kisahnya.

Lalu Allah berfirman kepada orang yang mengadu tadi,
_"Angkat kepalamu..!"_

Orang itu mengangkat kepalanya, lalu ia berkata,
_"Ya Rabb, aku melihat di depanku ada istana2 sangat megah yang terbuat dari emas, dan di dalamnya terdapat singgasana yang terbuat dari emas dan perak bertatahkan berlian, intan dan permata._
_Istana-istana itu untuk Nabi yang mana, ya Rabb?_
_Untuk orang jujur yang mana, ya Rabb?_
_Untuk syuhada yang mana, ya Rabb?’_

Allah berfirman,
_"Istana-istana itu diberikan kepada orang yang mampu membayar harganya."_

Orang itu berkata,
_"Siapakah yang bakal mampu membayar harganya, ya Rabb?"_

Allah berfirman,
_"Engkau juga mampu membayar harganya._

Orang itu terheran-heran, sambil berkata,
_"Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb?"_

Allah berfirman,
_"Caranya, engkau maafkan saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang kau adukan kezalimannya kepada-Ku."_

Orang itu berkata,
_"Ya Rabb, kini aku memaafkannya."_

Allah berfirman,
_"Kalau begitu, pegang tangan saudaramu itu, dan ajak ia masuk surga bersamamu."_

Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah saw. bersabda,
_"Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaknya kalian saling berdamai, sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin."_

(Kisah di atas terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim, dengan sanad sohih)

0 comments

Khutbah Jumat Menyambut Ramadlan Dengan Qalbun Salim dan Bahagia



Khutbah Jumat
Menyambut Ramadlan Dengan Qalbun Salim

إنَّ اْلحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِناَ مَنْ يَهْدِاللهَ فَهُوَ اْلمُهْتَدُ وَمَنْ يُظْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِياًّ مُرْشِدًا أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . أللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ نَا  مُحَمَّدٍ وَعَلى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْماً كَثِيْراً. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا اْلمُؤْمِنُوْنَ. (إِتَّقُوْا اللهَ)2 حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Pada kesempatan kali ini, marilah kita berhenti sejenak meninggalkan aktifitas duniawi menuju aktifitas ukhrowi. Berhenti sejenak untuk muroqobah dan muhasabah atas apa yang telah kita lalui agar kita bisa menjadi lebih baik. Oleh karenanya, pada kesempatan kali ini kami mengajak pada kaum muslimin umumnya dan pribadi kami khususnya untuk selalu berusaha menjadi yang lebih baik dengan cara meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah dengan selalu memantapkan hati untuk menjahui segala larangannya dan memantapkan keinginan untuk selalu menjalankan segala perintahnya sehingga aktifitas kita selalu bernilai ibadah. Karena kita dihadirkan ke dunia ini semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah. (wa maa kholaqtul jinn wal insa illa liya’budun)
Mulia tidaknya kita di hadapan Allah, tidak ditentukan dengan banyaknya harta kita, banyaknya pengikut kita, banyaknya murid kita, tingginya pangkat kita, tetapi mulia tidaknya kita dihadapan Allah hanya ditentukan dengan kadar ketaqwaan kita kepada Allah. (inna akromakum indallohi atqokum)
Ma’asyirol Muslimin Rohimakumulloh…
Ada salah satu sahabat Rasul bernama Abu Dujanah. Nama ini menjadi fenomenal Bahkan oleh kelompok Teroris dijadikan sebagai nama alias pemimpin mereka. Abu Dujanah adalah sahabat Rasul yang pemberani dan gigih membela Islam. Hal ini terlihat dalam perang Uhud dan perang Yamamah. Dalam perang Udud, ia berhasil mendapatkan pedang penghargaan dari Rasulullah. Sebelum perang Uhud dimulai, Nabi Muhammad SAW mengobarkan semangat pasukannya dengan mengangkat pedang tinggi-tinggi, seraya bersabda, "Siapakah di antara kalian yang ingin memegang pedang ini, dan memberikan sesuatu yang pantas baginya?" Kontan beberapa sahabat segera ke depan Rasul. Di antaranya adalah Abu Dujanah dan Dia bertanya, "Ya Rasul, apa yang pantas bagi pedang ini, dan bagaimana kami dapat memberikan kepantasan itu?". Rasul menjawab, "memanfaatkan pedang ini untuk bertempur sampai pedang ini melengkung." Abu Dujanah dengan sigap berkata, "Saya bersedia membayarkan yang pantas baginya." Dan ia pun sangat gembira menyambut perang dan mendapat kehormatan menggenggam pedang "kepercayaan" Rasulullah SAW. Dan pada saat perang Uhud, ia menjadi perisai untuk melindungi Rasulullah.
Dan Setelah wafatnnya Rasulullah, Abu Dujanah bersama Wahsyi berhasil membunuh Nabi palsu bernama Musailamah al-Kadzdzab dalam perang Yamamah.
Ma’asyirol Muslimin Rohimakumulloh…
Saat menjelang ajalnya Abu Dujanah sakit keras. Para sahabat yang lain pun berkunjung kepadanya. Menakjubkan, walaupun wajahnya pucat pasi, Abu Dujanah tetap memancarkan cahayanya, bahkan hingga akhir hayatnya. Para sahabat sempat bertanya, “Apa yang menyebabkan wajah anda bercahaya?”Abu Dujanah menjawab, “Pertama, aku tidak pernah berbicara tentang sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Kedua, aku selalu menghadapi sesama kaum muslimin dengan hati yang bersih.”
Ma’asyirol Muslimin Rohimakumulloh…
Kisah tentang Abu Dujanah ini, memberikan pelajaran pada kita bahwa menjadi muslim yang sejati haruslah disertai dengan hati yang bersih (qobun Salim), hati yang selamat dari sifat-sifat tercela dan hati yang dipenuhi dengan sifat-sifat terpuji. Sebab hati yang bersih tidak akan menimbulkan keburukan baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Memiliki hati yang bersih memang tidak mudah, tapi kita harus optimis dan semangat menjadi penghuni surga hingga harus memiliki tekad yang kuat dan memohon kepada sang pemilik hati agar diberikan hati yang bersih disamping berusaha dan berlatih membersihkan hati kita. Berlatih tidak mudah marah, berlatih menjadi pemaaf, berlatih untuk tidak mendengki orang lain, dan lain sebagainya. Termasuk berlatih untuk tidak menebar benih-benih kebencian mengingat saat ini betapa mudahnya tangan-tangan manusia menulis dan menyebarkan benih-benih kebencian melalui media elektronik. Padahal mereka yang menebar keburukan akan mendapatkan keburukannya itu, dan mereka yang menebar kebaikan akan mendapatkan kebaikan itu pula. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Zalzalah ayat 7-8:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil biji dzarrah-pun, ia akan mendapatkan balasannya, dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan sekecil biji dzarrah-pun, ia akan mendapatkan balasannya”
Semoga kita dijadikan Allah menjadi pribadi yang memiliki hati yang bersih. Dan semoga dengan kebersihan hati kita, Allah mentaqdirkan kita untuk menghuni SurgaNya, sebagaimana janji Allah dalam suart as-Syu’aro ayat 88-89 bahwa yang akan menyelamatkan manusia di akhirat kelak adalah mereka yang hatinya bersih:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)
Maka, dalam masa-masa menyambut Bulan Ramadlan yang akan dating beberapa hari lagi, marilah marilah kita sama-sama berusaha untuk melatih hati kita agar menjadi hati yang bersih dari sifat-sifat tercela dan melatih hati kita agar menjadi hati yang penuh dengan sifat-sifat kebaikan. Sebab puasa yang sejati adalah puasa lahir dan batin. Puasa lahir adalah dengan menahan makan dan minum. Sedangkan puasa batin adalah menjaga diri dari perbuatan yang dapat menghilangkan pahala-pahala dan keistimewaan puasa ramadlan. Dalam kitab Durrotun Nasihin dikatakan:
«خَمْسَةُ أَشْيَآءَ تُحْبِطُ الصَّوْمَ اَيْ تُبْطِلُ ثَوَابُهُ: اَلْكَذِبُ، وَالْغِيْبَةُ، وَالنَّمِيْمَةُ، وَالْيَمِيْنُ الغُمُوْسُ، وَالنَّظْرُ بِشَهْوَةٍ» (درة الناصحين)
“Lima hal yang dapat menghilangkan pahala puasa, yaitu; dusta, ghîbah (bergunjing), adu domba, sumpah palsu, dan memandang dengan syahwat.” (Durratu an-Nâshihîn)
Ma’asyirol Muslimin Rohimakumulloh… Kelima hal tersebut bersumber dari hati yang jelek, hati yang tidak salim. Oleh karenanya, marilah kita mulai berusaha menata hati termasuk juga dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadlan.
Pelajaran yang kedua yang dapat diambil dari kisah Abu Dujanah adalah bahagia dalam menyambut ibadah di jalan Allah. Sebab ketika bahagia telah ada dalam hati, maka sang pemilik hati akan beribadah dengan semangat dan sepenuh hati. Orang yang bersedih dengan datangnya ibadah maka ia akan malas untyk beribadah. Dalam kaitannya dengan Ramadlan, maka marilah kita sambut ramadlan kali ini dengan penuh kebahagiaan agar kelak kita ditaqdirkan beribadah dalam bulan Ramadlan dengan semangat dan sepenuh hati. Rasul pun bersabda:
مَنْ فَرِحَ بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النِّيْرَانِ
“Barangsiapa yang bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan niscaya Allah mengharamkan jasadnya dari neraka”

إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلاَمِ وَأَبْيَنَ النِّظَامِ، كَلاَمُ اللهِ اْلمَلِكِ الْعَلاَّمِ، وَاللهُ يَقُوْلُ، وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِ الْمُهْتَدُوْنَ، مَنْ عَمِلَ صَالحِاً فَلِنَفْسِهِ، وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا، وَمَا رَبُّكَ بِظَلاَّمٍ لِلْعَبِيْدِ. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِىْ الْقُرْأَنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنىِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ تَعَالَى هُوَ جَوَّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرَّاءٌ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
الخطبة الثانية
اَلْحَمْدُ للهِ شكرا علي ما أنعم أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ كَمَا أَمَرَ وَألزم، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شهادة من أمن به وأسلم وحاد من كفر وأرغم ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا اْلمُؤْمِنُوْنَ، اتَّقُوْا اللهَ إن الله أمركم بأمر بدأ فيه بنفسه ، وثنى بملائكته وأيه بالمؤمنين من عباده. وقال عز من قائل: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ. يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى مَلاَئِكَتِكَ الْمُقَرَّبِيْنَ وَأَنْبِيَائِكَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَأَهْلِ طَاعَتِكَ أَجْمَعِيْنَ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ وارحمنا بِرَحْمَتِكَ يَأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، أَللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا مَا قَدَّمْنَاهُ، وَمَا أَخَّرْنَاهُ، وَمَا أَسْرَرْناَهُ، وَمَا أَعْلَناَّهُ، وَأَحْصَيْتَهُ وَنَسِيْناَهُ، وَعَلِمْتَهُ وَجَهِلْناَهُ، وَلاَتَدَعْ لَنَا أَمَلاً إِلاَّ بَلَّغْتَنَاهُ، وَلاَسُؤْلاً إِلاَّ سَوَّغْتَناَهُ، وَلاَخَيْرًا إِلاَّ أَعْطَيْتَنَاهُ، وَلاَ شَرًّا إِلاَّ كَفَّيْتَنَاهُ.رَبَّناَ اغْفِرْلَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَ بِاْلإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ أَمَنُوْا رَبَّناَ إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ، رَبَّناَ أَتِناَ فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ.عِبَادَ اللهِ. إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِىْ القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُواْ اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
0 comments

Download Kitab Kitab Tentang Hukum dan Fadhilah Puasa Romadlon

Empat Belas Kitab Tentang Bulan Romadlon dan Fadhilahnya Beserta Hukum dan Fadhilah Puasa

💚 *أربعة عشر ( 14 ) كتاباً في (شهر رمضان وفضائله ، والصوم وأحكامه وأسراره وفضائله، وصلاة التراويح)*

1- [الصيامُ في المذاهب الأربعة من الفقه الإسلامي : فلسفتُه - فقهُه - أحكامهُ - أسرارهُ] للشيخ الدكتور عبد اللطيف صالح الفرفور
رابط التحميل:
https://archive.org/download/rsmrsm/smafi.pdf

2- [الصومُ : فقهُه - أسرارهُ] للشيخ الدكتور محيي الدين ديب مستو
رابط التحميل:
http://www.archive.org/download/rsmrsm/sfa.pdf

3- [الصومُ] لفضيلة الشيخ أسعد محمد سعيد الصاغرجي الحنفي (رحمه الله تعالى)

رابط التحميل:
https://archive.org/download/rsmrsm/saums.pdf

4- [التراويح أكثر مِن ألفِ عامٍ في مسجدِ النبي ] للشيخ عطية محمد سالم (رحمه الله تعالى)
رابط التحميل:
https://archive.org/download/FP56164/56164.pdf

5- [إتحافُ أهلِ الإسلام بخصوصياتِ الصيام] للإمام الحافظ أحمد بن علي ابن حجر الهيتمي الشافعي (رحمه الله تعالى)
رابط التحميل:
https://archive.org/download/FPiaiks/iaiks.pdf

6- [فقهُ الصيامِ] للشيخ الدكتور محمد حسن هيتو
رابط التحميل:
https://archive.org/download/FP71648/71648.pdf

7- [إسعافُ أهلِ الإيمان بوظائف شهر رمضان] للعلامة الشيخ حسن محمد المشاط (رحمه الله تعالى)
رابط التحميل:
https://archive.org/download/FP97286/97286.pdf

8- [مَقاصدُ الصومِ] للإمام شيخ الإسلام سلطان العلماء عز الدين بن عبدالسلام الشافعي (رحمه الله تعالى)
رابط التحميل:
https://archive.org/download/sesasesa/mksa.pdf

9- [إتحافُ الأنام بأحكام الصيام] للدكتور زين بن محمد بن حسين العيدروس
( دراسة فقهية مقارَنة - مع ذكر المسائل المعاصرة بالدليل والتعليل وأسلوب معاصر )
ومعه أربع رسائل:
1- تأملات في آيات الصيام
2- الدرر الحسان من فوائد ختم القرآن
3- الدعاء في رمضان
4- أسماء شهر رمضان

رابط التحميل:
http://archive.org/download/Ithaf-Alanam/%20الأنام%20بأحكام%20الصيام.pdf

رابط بديل:
https://www.mrkzgulf.com/do.php?id=530291

10- [مِن أحوالِ رَمضانَ وليلتهِ المبارَكة] للشيخ السيد عباس السيد فاضل الحسني السامرائي (حفظه الله)
رابط التحميل:
http://www.mediafire.com/download/uw1wr3tgl82w4o3

11- [البضائعُ الغاليةُ الأثمانِ فى التزودِ لشهر رمضان] جمع وترتيب وتعليق الشيخ سقاف بن علي العيدروس
رابط التحميل:
https://archive.org/download/10908/10908.pdf

12- [كتابُ الصيامِ] إعداد: دار الإفتاء المصرية
رابط التحميل:
http://www.mediafire.com/download/w8nlul84aj1v3h2

13- [شهرُ رمضان] للشيخ الدكتور عبدالحليم محمود الأزهري (رحمه الله تعالى)
رابط التحميل:
https://archive.org/download/abdelhalimmahmoud/ramadane.pdf

14- [الصيامُ : آدابهُ - مطالبهُ - فوائدهُ - فضائلهُ] للمحدث الشيخ الإمام عبدِالله سراج الدين الدين الحسيني (رحمه الله تعالى)
رابط التحميل:
https://archive.org/download/sirajeddine/siyam.pdf

0 comments

Malam Nishfu Sya'ban

Malam Nishfu Sya'ban dilakukan pertama kali oleh para Tabi'in (generasi setelah Sahabat Nabi) di Syam Syria, seperti Khalid bin Ma'dan (perawi dalam Bukhari dan Muslim), Makhul (perawi dalam Bukhari dan Muslim), Luqman bin 'Amir (al-Hafidz Ibnu Hajar menilainya 'jujur') dan sebagainya. Mereka mengagungkannya dan beribadah di malam tersebut. Dari mereka inilah kemudian orang-orang mengambil keutamaan Nishfu Sya'ban. Ketika hal ini menjadi populer di berbagai Negara, maka para ulama berbeda-beda dalam menyikapinya. Ada yang menerima, di antaranya adalah para ulama di Bashrah (Irak). Namun kebanyakan ulama Hijaz (Makkah dan Madinah) mengingkarinya seperti Atha', Ibnu Abi Mulaikah, dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari ulama Madinah dan pendapat beberapa ulama Malikiyah mengatakan: "Semuanya adalah bid'ah".

Ulama Syam berbeda-beda dalam melakukan ibadah malam Nishfu Sya'ban. Pertama, dianjurkan dilakukan secara berjamaah di masjid-masjid. Misalnya Khalid bin Ma'dan, Luqman bin Amir dan lainnya, mereka memakai pakaian terbaiknya, memakai minyak wangi, memakai celak mata dan berada di masjid. Hal ini disetujui oleh Ishaq bin Rahuwaih (salah satu Imam Madzhab yang muktabar), dan beliau mengatakan tentang ibadah malam Nishfu Sya'ban di masjid secara berjamaah: "Ini bukan bid'ah". Dikutip oleh Harb al-Kirmani dalam kitabnya Al-Masail. Kedua, dimakruhkan untuk berkumpul di masjid pada malam Nishfu Sya'ban untuk shalat, mendengar cerita-cerita dan berdoa. Namun tidak dimakruhkan jika seseorang salat (sunah mutlak) sendirian di malam tersebut. Ini adalah pendapat Al-Auza'i, imam ulama Syam, ahli fikih yang alim. Inilah yang paling tepat, InsyaAllah. (Syaikh al-Qasthalani dalam Mawahib al-Ladunniyah II/259 yang mengutip dari Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Lathaif al-Ma'arif 151)

Amaliah Penduduk Makkah di Malam Nishfu Sya’ban
Baru-baru ini penulis dapat kabar dari kawan yang baru selesai Umrah ke tanah suci, bahwa umat Islam Indonesia dibagikan gratis buku kecil oleh orang-orang Arab mengenai larangan melakukan amalan di malam Nishfu Sya’ban. Justru ini aneh, sebab di masa lampau para penduduk Makkah antusias menyambut malam Nishfu Sya’ban. Al-Fakihani berkata:

ذِكْرُ عَمَلِ أَهْلِ مَكَّةَ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَاجْتِهَادِهِمْ فِيْهَا لِفَضْلِهَا . وَأَهْلُ مَكَّةَ فِيْمَا مَضَى إِلَى الْيَوْمِ إِذَا كَانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ ، خَرَجَ عَامَّةُ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ إِلَى الْمَسْجِدِ فَصَلُّوْا وَطَافُوْا وَأَحْيَوْا لَيْلَتَهُمْ حَتَّى الصَّبَاحِ بِالْقِرَاءَةِ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّى يَخْتُمُوْا الْقُرْآنَ كُلَّهُ وَيَصِلُوْا ، وَمَنْ صَلَّى مِنْهُمْ تِلْكَ اللَّيْلَةِ مِائَةَ رَكْعَةٍ يَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ بِـ الْحَمْدِ ، وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ عَشْرَ مَرَّاتٍ وَأَخَذُوْا مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ تِلْكَ اللَّيْلَةَ فَشَرِبُوْهُ وَاغْتَسَلُوْا بِهِ وَخَبَؤُوْهُ عِنْدَهُمْ لِلْمَرْضَى ، يَبْتَغُوْنَ بِذَلِكَ الْبَرَكَةَ فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ ، وَيُرْوَى فِيْهِ أَحَادِيْثُ كَثِيْرَةٌ (أخبار مكة للفاكهني - ج 5 / ص (23

“(Bab tentang amaliah penduduk Makkah di malam Nishfu Sya’ban dan kesungguhan mereka di malam tersebut karena keutamaannya). Penduduk Makkah, dari dulu hingga sekarang, jika bertemu dengan malam Nishfu Sya’ban maka kebanyakan orang laki-laki dan perempuan mendatangi Masjidil Haram, mereka salat, tawaf, beribadah di malam harinya hingga pagi dengan membaca al-Quran di Masjidil Haram, hingga mengkhatamkan al-Quran keseluruhannya dan melanjutkan. Orang-orang diantara mereka yang melakukan salat di malam tersebut 100 rakaat, diawali dengan Hamdalah setiap rakaatnya, al-Ikhlas 100 kali, mereka juga mengambil air zamzam lalu meminumnya, menyiramkannya, dan diberikan kepada orang sakit dari mereka, adalah karena mengharap berkah di malam tersebut. Telah diriwayatkan beberapa hadis yang banyak tentang malam Nishfu Sya’ban” (Syaikh al-Fakihani, Akhbar Makkah 5/23).

(Catatan)

Ulama Syafiiyah menegaskan bahwa salat 100 rakaat di malam Nishfu Sya’ban adalah bid’ah yang buruk, hadisnya adalah hadis palsu (I’anat ath-Thalibin)

Amaliyah Malam Nishfu Sya’ban Menurut Imam Ahmad

Lanjutan ☝🏻
ثُمَّ قَالَ: "وَلَا يُعْرَفُ لِلْإِمَامِ أَحْمَدَ كَلَامٌ فِي لَيْلَةِ نِصْفِ شَعْبَانَ، وَيُخَرَّجُ فِي اسْتِحْبَابِ قِيَامِهَا عَنْهُ رِوَايَتَانِ، مِنَ الرِّوَايَتَيْنِ عَنْهُ فِي قِيَامِ لَيْلَتَيِ الْعِيْدِ؛ فَإِنَّهُ فِي رِوَايَةٍ لَمْ يَسْتَحِبَّ قِيَامَهَا جَمَاعَةً؛ لِأَنَّهُ لَمْ يُنْقَلْ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابِهِ، وَاسْتَحَبَّهَا فِي رِوَايَةٍ؛ لِفِعْلِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زَيْدِ بْنِ اْلأَسْوَدِ لِذَلِكَ، وَهُوَ مِنَ التَّابِعِيْنَ، فَكَذَلِكَ قِيَامُ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، لَمْ يَثْبُتْ فِيْهَا شَيْءٌ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَا عَنْ أَصْحَابِهِ، وَثَبَتَ فِيْهَا عَنْ طَائِفَةٍ مِنَ التَّابِعِيْنَ مِنْ أَعْيَانِ فُقَهَاءِ أَهْلِ الشَّامِ" (لطائف المعارف، لابن رجب، ص263(

“Ibnu Rajab al-Hanbali berkata: “Tidak diketahui pendapat dari Imam Ahmad tentang Malam Nishfu Sya’ban. Dan dikembangkan (dianalogikan) dalam anjuran ibadah di malam Nishfu Sya’ban dari Imam Ahmad terdapat 2 riwayat. Dari dua riwayat tersebut adalah tentang ibadah di malam hari raya. Dalam 1 riwayat Imam Ahmad tidak menganjurkan melakukannya secara berjamaah, sebab tidak ada riwayat dari Nabi Saw dan para sahabatnya. Dan di riwayat lain Imam Ahmad menganjurkannya, karena dilakukan oleh Abdurrahman bin Zaid bin Aswad. Ia dari kalangan Tabiin. Demikian halnya dengan ibadah di malam Nishfu Sya’ban, tidak ada riwayat sahih dari Nabi dan para sahabat. Dan secara sahih telah dilakukan oleh sekelompok ulama dari Tabiin dari ulama-ulama ahli fikih kota Syam” (al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Lathaif al-Ma’arif 263)

Membaca Surat Yasin

وَأَمَّا قِرَاءَةُ سُوْرَةِ يس لَيْلَتَهَا بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَالدُعَاءِ الْمَشْهُوْرِ فَمِنْ تَرْتِيْبِ بَعْضِ أهْلِ الصَّلاَحِ مِنْ عِنْدِ نَفْسِهِ قِيْلَ هُوَ الْبُوْنِى وَلاَ بَأْسَ بِمِثْلِ ذَلِكَ. (أسنى المطالب فى أحاديث مختلفة المراتب ص 234(

“Adapun pembacaan surat Yasin pada malam Nishfu Sya’ban setelah Maghrib merupakan hasil ijtihad sebagian ulama, konon ia adalah Syeikh Al Buni, dan hal itu tidak apa-apa.” (Asná al-Mathálib, 234)

Ulama Wahabi Menilai Sahih Hadis Nishfu Sya'ban

Ulama Wahabi, Nashiruddin al-Albani yang biasanya menilai lemah (dlaif) atau palsu (maudlu') terhadap amaliyah yang tak sesuai dengan ajaran mereka, kali ini ia tak mampu menilai dlaif hadis tentang Nishfu Sya'ban, bahkan ia berkata tentang riwayat berkiut: "Hadis ini sahih" (Baca as-Silsilat ash-Shahihah 4/86)

إِنَّ اللهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ (صحيح (اهـ السلسلة الصحيحة للالباني (4/86(

Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah memperhatikan hambanya (dengan penuh rahmat) pada malam Nishfu Sya’ban, kemudian Ia akan mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan musyahin (orang munafik yang menebar kebencian antar sesama umat Islam)”. (HR Thabrani fi Al Kabir no 16639, Daruquthni fi Al Nuzul 68, Ibnu Majah no 1380, Ibnu Hibban no 5757, Ibnu Abi Syaibah no 150, Al Baihaqi fi Syu’ab al Iman no 6352, dan Al Bazzar fi Al Musnad 2389. Peneliti hadis Al Haitsami menilai para perawi hadis ini sebagai orang-orang yang terpercaya. Majma’ Al Zawaid 3/395)

Ulama Wahabi Syaikh Albani menyebut 7 sahabat yang meriwayatkan hadis Nishfu Sya'ban. Tentu hal ini sudah mendekati kualitas Mutawatir, yang menurut sebagian ulama hadis minimal 10 perawi.

Syaikh Albani berkata:

قَالَ الْأَلْبَانِي فِي "السِّلْسِلَةِ الصَّحِيْحَةِ" 3 /135 : حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ ، رُوِيَ عَنْ جَمَاعَةٍ مِنَ الصَّحَابَةِ مِنْ طُرُقٍ مُخْتَلِفَةٍ يَشُدُّ بَعْضُهَا بَعْضًا وَهُمْ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ وَأَبُوْ ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِي وَعَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرٍو وَأَبُوْ مُوْسَى الْأَشْعَرِي وَأَبُوْ هُرَيْرَةَ وَأَبُوْ بَكْرِ الصِّدِّيْقُ وَعَوْفُ بْنُ مَالِكٍ وَعَائِشَةُ .

“Ini (Hadis Nishfu Sya’ban) adalah HADIS SAHIH. Diriwayatkan dari banyak sahabat dengan jalur riwayat yang berbeda-beda, yang saling menguatkan. Mereka adalah Muadz bin Jabal, Abu Tsa’labah al-Khusyani, Abdullah bin Amr, Abu Musa al-Asy’ari, Abu Hurairah, Abu Bakar ash-Shiddiq, Auf bin Malik dan Aisyah” (as-Silsilah ash-Shah

0 comments
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. EKSPLORIA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger