Jangan di Klik

Featured Post Today
print this page
Latest Post

Alasan Logis Belajar Pada Guru

Selamat mengaji dan tetap ingat pesan Syaikh Ihsan Jampes, Kediri

وقد اجمع العلماء على فضل التعلم من أفواه المشايخ على التعلم من الكتب خلافا لمن شذ فيه وذلك لوجوه منها وصول المعانى من النسيب خلاف وصولها من غير النسيب والنسيب الناطق أفهم للتعليم وهو المعلم وغير النسيب له جماد وهو الكتاب ومنها أن المتعلم إذا استعجم عليه مايفهم من لفظه نقله إلى لفظ آخر والكتاب لاينقل فالمعلم فى ايصال العلم أصلح للتعليم من الكتاب ومنها أنه يوجد فى الكتاب أشياء تعوق عن العلم وهي معدومة عند المعلم كالتصحيف العارض من اشتباه الحروف وقلة الخبرة وسقم النسخ ورداءة النقل وإدماج القارئ مواضع المقاطع وخلط مبادى التعليم وذكر ألفاظ مصطلح عليها فى تلك الصناعة فهذه كلها معوقة عن العلم وقد استراح المتعلم من تكلفها عند قراءته على المعلم وإذ كان الأمر على هذه الصورة فالقراءة على العلماء أجدى وأفضل من قراءة الإنسان لنفسه.

"Para ulama telah sepakat atas keutamaan belajar dengan mendengar keterangan dari para masyayikh dari pada mempelajari keterangan yang ditulis dikitab-kitab, meskipun ada juga ulama yang berpendapat lain. Keutamaan tersebut ditinjau dari beberapa faktor, antara lain :

1. Datangnya pemahaman ilmu dari guru yang mempunyai NASAB kepada murid yang mempunyai NASAB jelas berbeda dengan murid yang tidak mempunyai nasab. Sebab guru yang mempunyai garis nasab itu keterangannya akan lebih bisa memahamkan. Sedangkan murid yang tidak mempunyai nasab, senantiasa selalu bersama dengan benda yang tak bernyawa (kitab) yang tidak bisa untuk di ajak bercakap-cakap.

2. Ketika santri kesulitan memahami pengertian suatu lafadz, akan dialihkan oleh guru pada lafadz lain yang lebih mudah dipahami. Kelebihan ini tak bisa didapatkan hanya dengan membaca. Dengan demikian jelas bahwa seorang guru lebih efektif didalam penyampaian ilmu.

3. Kendala-kendala berupa kesalahan dan distorsi pemahaman baik berupa kemiripan huruf, kurangnya ketelitian, kesalahan naskah atau kutipan, atau penggabungan pengertian yang tidak semestinya, kerancuan penerimaan pemahaman bagi tahap pemula ataupun penyebutan istilah-istilah yang belum dikenal dalan suatu fan, semuanya bisa dihindari dengan penjelasan yang disampaikan oleh guru.

0 comments

Di Sini Tidak Ada Penyesalan, Yang Ada Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya

Bagi jamaah PETA yang sering atau pernah ke Pondok PETA Tulungagung, sangat familiar dengan tulisan besar di dinding tembok pondok PETA

"DI SINI TIDAK ADA PENYESALAN,
YANG ADA CINTA KEPADA ALLAH DAN RASUL-NYA. DISAMPING MENGERTI HAKNYA SEBAGAI HAMBA DAN HAKNYA TERHADAP SESAMA"

Ketika ada seorang Habaib dari Surabaya menanyakan tentang maksud kalimat tersebut, maka Syekh Abdul Djalil Mustaqim menjelaskan dengan perincian berikut :

1. DI SINI TIDAK ADA PENYESALAN
Yang dimaksud DI SINI adalah Di Dunia Ini. Beliau mengatakan bahwa penyesalan yang akan benar benar terjadi adalah besuk ketika DI SANA (Akhirat)
Bahkan ketika jasad seseorang akan dimasukkan ke liang lahat maka ruh orang tersebut akan didatangi "teman-teman" mereka semasa hidup di dunia.
Teman itu adalah amal perbuatan yang mereka lakukan selama hidup di dunia

Amal yang baik akan datang dalam bentuk yang menyenangkan dan berbau harum.

Amal yang buruk akan datang dalam bentuk yang menjijikkan, menakutkan, dan berbau busuk.

Maka pada saat itulah seseorang akan merasakan penyesalan yang sesungguhnya.

Oleh karena itu sebenarnya PENYESALAN DI DUNIA ini adalah semu adanya.

2. YANG ADA CINTA ALLAH DAN RASUL-NYA.
Senyampang kita hidup DI SINI (dunia) kita diajarkan agar kita pergunakan untuk belajar dan berusaha cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Segala bentuk peribadatan yang kita lakukan supaya didasari rasa cinta kepada Allah SWT.

Sedangkan cinta kepada Rasul-Nya dibuktikan dengan mengikuti sunah sunah Kanjeng Nabi Muhammad SAW dan memperbanyak membaca sholawat atas Beliau SAW.

3. DI SAMPING MENGERTI HAKNYA SEBAGAI HAMBA.
Selain kita berupaya untuk cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, kita juga dituntut mengerti hak kita sebagai hamba Allah SWT.

HAK KITA sebagai hamba Allah SWT adalah :
- MENGABDI (beribadah)
- RIDHO atas ketentuan ketentuan-Nya

4. DAN HAKNYA TERHADAP SESAMA
Hak kita terhadap sesama manusia dan makhluk lainnya :
- Kita diwajibkan berinteraksi dengan sesama manusia sesuai dengan tuntutan agama
- Kita juga harus mengerti bahwa mereka sebagai hamba Allah juga memiliki hak untuk menapaki garis nasib dan jalan hidup mereka masing-masing

* Copas dari ustad murid
   Dari ustad abd aziz
   Dari yuliana muchtar
   Kiriman nizam azabani

0 comments

Mutiara Hikam Makam Tajrid dan Makam Sebab

ارادتك التجريد مع إقامة الله إياك في الأسباب من السهوة الخفية، وإرادتك الأسباب مع إقامة الله إياك في التجريد انحطاط عن الهمة العالية - ابن عطاء الله

"Keinginganmu untuk bertajrid (meninggalkan urusan duniawi, hanya beribadah) sementara Allah menempatkanmu dalam posisi asbab (mengikuti proses, menyelenggarakan aktifitas dunia seperti bekerja), termasuk syahwat terselubung. Sebaliknya, keinginanmu menempati asbab sementara Allah menempatkanmu dalam posisi tajrid, adalah penurunan dari cita-cita luhur" - Ibn Athaillah.
Dalam maqolah yg kedua ini, seolah-olah Ibn 'Athoillah hendak menyindir kesalahan kita dalam memahami posisi manusia, sebagai abdullah yang hanya beribadah (tajrid), meninggalkan urusan duniawi atau sebagai khalifah yang harus mengikuti serangkaian proses demi terciptanya keselarasan di muka bumi.
Pada satu kesempatan, mengenai maqolah ini, KH. Imron Jamil menjelaskan, kita jangan sampai terjebak dengan mengkonfrontasi dua pilihan posisi ini, tajrid dan asbab. Kita tidak perlu terjebak dengan mempertanyakan manakah yang lebih utama antara tajrid dan asbab? Karena dua posisi ini merupakan fasilitas yang disediakan Allah yang sama baiknya untuk mendekatkan diri pada-Nya, tentu saja sesuai dengan waktunya dan pada posisi apa Tuhan menempatkan kita.
Sebenarnya, yang hendak dikritik oleh Ibn 'Athoillah dalam maqolah ini adalah munculnya keinginan untuk menempati satu posisi. Keinginan-keinginan inilah yang sering tanpa disadari menjadi tunggangan kepentingan pribadi, sehingga menghilangkan adab tata krama terhadap Tuhan. Munculnya keinginan yang bertolak belakang dengan pilihan yang sudah ditentukan Tuhan, menyebabkan kita terjatuh pada syahwat khofy atau penurunan dari himmah yang luhur. Sebab, bagaimanapun juga, pilihan Tuhan tentu lebih baik dari pada keinginan kita dalam memilih satu posisi tertentu.
Ketika Tuhan menempatkan seseorang pada maqom asbab, yakni mengikuti proses, menjalankan mekanisme duniawi, sementara orang tersebut justru memaksakan diri untuk bertajrid - mengesampingkan urusan duniawi -, maka sebenarnya yang demikian ini termasuk bagian dari syahwat yang terselubung. Mengenai hal ini, KH. Imron Jamil mengilustrasikan, ketika seorang abdi ndalem diberi tugas sang majikan
menggarap sawah, namun ia justru meninggalkannya dengan harapan agar bisa bercengkrama dengan sang majikan, karena anggapan kalau ia bisa bercengkrama dengan sang majikan maka hubungannya dengan majikan akan lebih dekat. Tentu saja keinginannya itu termasuk ke-lancang-an pada majikan.
Sementara itu, ketika Tuhan memposisikan seseorang pada maqom tajrid, meninggalkan urusan duniawi, namun ia malah berkeinginan untuk asbab, bergelut dengan duniawi, maka hal ini menyebabkan ia terperosok dari himmah mulia. Sebagaimana ketika seorang abdi dipanggil sang majikan untuk diajak bercengkrama, tapi ia malah menghindar demi mengerjakan urusan yang sebenarnya tidak perlu ia kerjakan. Tentu saja, ini berarti ia telah menyia-nyiakan kesempatan istimewa untuk berdekatan dengan sang majikan.
Oleh karena itu, keinginan-keinginan yang muncul itu hendaknya direduksi semaksimal mungkin, untuk lebih bisa memahami dimanakah posisi kita, lantas menjalankan tugas-tugas yang menjadi konsekwensi logis dari posisi itu. KH. Imron Jamil menjelaskan, ada dua cara untuk memahami posisi apa yang harus kita jalankan.
1) Dengan memahami ayat-ayat syar'i, seperti yang terdapat dalam surat al-jum'ah, perintah untuk bertahajjud di malam hari, dll.
2) Dengan memahami serangkaian peristiwa yang dialami oleh seseorang.
Terkait dengan keinginan, saya jadi teringat salah satu lirik yang dibawakan oleh musisi kondang tanah air, iwan fals, "keinginan adalah sumber penderitaan".

wallahu a'lam
semoga kita diberi kemampuan untuk memahami dimana posisi kita. Aamiin

0 comments

Adab Murid Kepada Gurunya

*SETETES EMBUN PAGI*

Al Imam Ali bin Hasan al Aththas mngatakan:

ﺍﻥ ﺍﻟﻤﺤﺼﻮﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺍﻟﻔﺘﺢ ﻭﺍﻟﻨﻮﺭ ﺍﻋﻨﻲ ﺍﻟﻜﺸﻒ ﻟﻠﺤﺠﺐ، ﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭ ﺍﻻﺩﺏ ﻣﻊ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻭﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭ ﻣﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﺒﺮ ﻣﻘﺪﺍﺭﻩ ﻋﻨﺪﻙ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻚ ﺫﺍﻟﻚ ﺍﻟﻤﻘﺪﺍﺭ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺷﻚ

Memperoleh ilmu, futuh & cahaya (maksudnya terbukanya hijab² batinnya), adalah sesuai kadar adabmu bersama gurumu. Kadar besarnya gurumu di hatimu, maka demikian pula kadar besarnya dirimu di sisi Allah tanpa ragu".
(al Manhaj as Sawiy 217)
Imam Nawawi ketika hendak belajar kepada gurunya, beliau selalu bersedekah di perjalanan & berdoa, "Ya Allah, tutuplah dariku kekurangan guruku, hingga mataku tdak melihat kekurangannya dan tidak seorangpun yang menyampaikan kekurangan guruku kepadaku".
(Lawaqih al Anwaar al Qudsiyyah 155).
Dalam kitab At Tahdzibnya, Beliau juga pernah menyampaikan:

ﻋﻘﻮﻕ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ ﺗﻤﺤﻮﻩ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻭﻋﻘﻮﻕ ﺍﻻﺳﺘﺎﺫﻳﻦ ﻻ ﻳﻤﺤﻮﻩ ﺷﻲﺀ ﺍﻟﺒﺘﺔ
.

Durhaka kepada orang tua dosanya bisa hapus oleh taubat, tapi durhaka kepada ustadzmu tidak ada satupun yg dapat menghapusnya.
Habib Abdullah al Haddad berkata :
"Paling bahayanya bagi seorang murid, adalah berubahnya hati gurunya kepadanya. Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin memperbaiki keadaan si murid itu, niscaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah ridha kembali".
(Adaab Suluk al Murid 54)
Seorang murid sedang menyapu madrasah gurunya, tiba-tiba datang Nabi Khidir as. Murid itu tidak sedikitpun menoleh dan mengajak bicara nabi Khidhir. Maka nabi Khidhir berkata, " Tidakkah kau mengenalku ?.
Murid itu menjawab, "ya aku mengenalmu, engkau adalah Abul Abbas al Khidhir ".
Nabi Khidhir, " kenapa kamu tidak meminta sesuatu dariku ?".
Murid itu menjawab, " Guruku sudah cukup bagiku, tidak tersisa satupun hajat kepadamu ". (Kalam al Habib Idrus al Habsyi: 78)
Al Habib Abdullah al Haddad berkata, " Tidak sepatutnya bagi penuntut ilmu mengatakan pada gurunya, " perintahkan aku ini, berikan aku ini...!", karena itu sama saja menuntut untuk dirinya. Tapi sebaiknya dia seperti mayat di hadapan orang yang memandikannya". (Ghoyah al Qashd wa al Murad 2/177)
Para ulama ahli hikmah mengatakan,
"Barangsiapa yang mengatakan "kenapa?" Kepada gurunya, maka dia tidak akan bahagia selamanya"
(Al Fataawa al Hadiitsiyyah 56)
Para ulama hakikat mengatakan," 70% ilmu itu diperoleh sebab kuatnya hubungan (bathin, adab dan baik sangka) antara murid dengan gurunya".

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين

0 comments

Humor Madura

Pesawat Garuda tujuan Surabaya - Jakarta tadi pagi bersiap take-off tapi tertunda gara2 Saridin (Asal madura yg baru pertama kali naik pesawat) dg tiket ekonomi, tapi ngotot pengen duduk di kelas bisnis.

Alex (pemilik kursi bisnis): “Maaf pak... Ini kursi saya.”

Saridin:
” sampean siapa ?”

Alex:
”Saya penumpang yang duduk di sini pak..!”

Saridin :
”Penumpang..? Aku penumpang juga, sama2 bayar..! sama2 penumpang, gak usah ngator-ngator"

Alex lapor ke pramugari.

Pramugari :
“Maaf pak Saridin.. bapak mestinya duduk di belakang.”

Saridin :
“Sampean siapa.?”

Pramugari :
“Saya pramugari.”

Saridin :
“Pramugari itu apa?

Pramugari :
“Pramugari itu yang melayani penumpang.”

Saridin :
“ Oh, babu? Tak kira siapa, sudahlah tak osah ros-ngoros oreng lain, cuci piring saja di belakang. Pokoknya aku enak duduk di sini saja. Sampeyan mau apa ?!!”

Pramugari habis akal, dia memanggil pilot.

Pilot:
“Maaf pak, mestinya bapak duduk di belakang..!!”

Saridin :
“Sampean siapa ?”

Pilot :
“Saya pilot pak.”

Saridin :
“Pilot itu apa?”

Pilot :
“ Pilot itu yg mengemudikan pesawat ini”

Saridin :
“ Oh sopir...?” Tak kira siapa, bajunya seperti seragam LLAJ, pake topi, e taunya sopir. Pokoknya aku tak mau pindah. Sekarang sampeyan mau apa ?

Mattali orang asli madura juga yang baru masuk pesawat mendengar ribut² bertanya pada pilot, kemudian dia manggut² & mendekati Saridin sambil membisikkan sesuatu di telinganya, Saridin tiba2 bangkit sambil mel ngomél :

“ Dasar sopir gila, babu tak punya otak, untung ada bapak Mattali ini yg ngasih tau sengkok. Klo ndak, aku ndak sampe jakarta.

Saridin pun pindah ke belakang,
Pilot merasa takjub, dia bertanya pada Pak Mattali :
“Apa sih yg bapak bisikkan, koq tiba² dia sukaréla pindah kursi?”

Mattali :
“ Saya tanya, bapak mau kemana? Dia jawab mau ke JAKARTA.
Saya bilang anda salah duduk ... kalau mau ke JAKARTA duduknya harus di BELAKANG.....  yang di
_DEPAN itu tujuannya ke Jember"😂😂😂😂😛😛😛

0 comments

Pembawa Acara Walimah Nikah Tahlil

Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahilladzi amarona bittiba'i millati ibrohima hanifa
Wassholatu wassalamu ala sayyidina muhammadinil mustofa
Wa ala alihi wa sohbihi wa ahli baytihi  ahli shidqi wal wafa
Qola ta'ala fi kitabhil karim. Audzubillahi minassaythonirrojim:

وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًۭا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةًۭ وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَأَيَٰتٍۢ لِّقَوْمٍۢ يَتَفَكَّرُونَ

Wa qolannabiyu shollollohu alayhi wasallam:
النكاح سنتي فمن رغب عن سنتي فليس مني.
وقال أيضا أولم ولو بشاة.

HAdrotal afadhil ulama'anal kirom, poro alim, poro kyai, poro sesepuh pinisepuh.
Wabilkhusus panjenenganipun Romo Kyai Haji........ ugi romo kyai haji.....
Lan poro kyai sanesipun ingkang tansah kawulo ta'dzimi lan kulo ajeng2 nasehatipun.
Poro rawuh sedoyo ingkang minulyo...
Shohibudda'wah, panjenenganipun bapak....

Monggo sareng2 kito muji syukur dumateng ngarsanipun Allah swt kantu waosan alhamdulillahirobbil alamin, ingkang sampun paring rahmat, taufiq lan inyahipun dumateng kito sedoyo sehinggo kito saget ngerawuhi undangan saking shohibud da'wa / shohibul walimah panjenenganipun bapak..... dalam rangka walimatul aqiqoh ananda.....  Sesarengan kalean walimatul Arusy ananda ....... Pikantuk tiyang jaler paring asmo.... saking......  Ingkang bade ngelampahi aqdunnikah benjang dinten.... . Bapak askandar sekeluarga Ngadong dungo dumateng panjenengan sedoyo, Mugio aqdunnikah benjang puniko keparingan lancar lan barokah, utamanipun dumateng kemanten kekaleh. Lan mugio acara dalu puniko ngantos benjang reaepsi keparingan lancar lan barokah. Ala hadzihinnniyah wa kulli niyatin sholihah, alfatihah......

Kaping kaleh, sholawat lan salam mugio tetepo katuraken dumateng junjungan kito nabi agung sayyidina wa habibana Muhammad saw. Mugio kito angsal safaatipun benjang ten akhiroh. Amiiin ya Robbal alamin.

Kaping tigo, mewakili shohibudda'wa shohibul walimah, atas kerawuhan panjenengan estu2 ngaturaken syukur dumateng Allah, maturnuwun sanget dumateng panjenengan sedoyo, mboten saget ngaturi punopo2 namung saget matur jazakumulloh ahsanal jaza', mugio kerawuhan panjenengan sedoyo dicatet kalean Allah dados amal sholeh lan diwales kanti sak sae2nipun piwales. Lan mugio kito sedoyo ingkang rawuh angsal barokahipun majelis dzikir puniko keranten Rasulullah dawuh:
وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ وَأَبِيْ سَعِيْدِ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُمَا شَهِدَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنَّهُ قَالَ لاَ يَقعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ حَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهِ فِيْمَنْ عِنْدَهُ (رواه مسلم)
Rasulullah Saw bersabda: Tidak ada sekelompok kaum pun yang berdzikir kepada Allah, kecuali malaikat akan mengelilingi mereka, rahmat akan menyelimuti mereka, ketenangan akan datang pada mereka,dan Allah akan menyebutnya di dalam orang-orang dekatnya" (HR Muslim)
Mugio estu2 angsal barokahipun majelis dzikir puniko. Amin Ya Robbal Alamin.

Kaping sekawan, mewakili shohibudda'wa shohibul walimah, sejatosipun acara puniko sampun dipersiapaken awit dangu. Nanging pasti wonten banyak kekuranganipun. Pramilo meniko bilih wonten papan panggenan lan pasugatan ugi punopokemawon ingkang kirang nyeceki dumateng manahipun panjenenengan sedoyo, mewakili bapak asyim, nyuwun agunging samudro pangaksami.
أنا أريد وأنت تريد ولكن الله يفعل ما يريد
Kita sebatas berusaha. Dan Allah lah yang menentukan segalanya.

Atas nami pembagi acara, kawulo bade matur bilih susunan acara dulu puniko inggih puniko pembukaan, dilanjutaken kalean waosan tahlil, dilajengaken kalean waosan sholawat Nabi, lan kapungkas kelawan doa.

Monggo kito awali acara puniko kelawan surotul fatihah. Liridloillah wa lisyafa'ati rosulillahi shollollohu alayhi wa sallam,  wa ala niyatina wa niyati syekh abdul qodir jilani rodliyallohu 'anhu.   Alfatihah...

Poro hadirin ingkang minulyo, acara saklajengipun ingggih puniko waosan tahlil ingkang bade kapimpin kalean panjenenganipun ......... kalanjutaken kalean waosan sholawat nabi ingkang bade kapimpin kalean panjenenganipun ustadz......... lan kapungkas kelawan doa ingkang bade kapimpin kalean ........
Wakdal kawulo sumnggga'aken kanti urut.

Atas nami pembagi acara, bilih wonten kalepatan lan kirang prayuginipun, kawulo nyuwun agunging samudro pangapunten.
Wabillahi taufiq wal inayah warridlo wal inayah wal afwa minkum. Wassaalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

0 comments

Pembawa Acara Akad Nikah

(Jika menjadi pembawa acara merangkap sebagai pembaca khutbah nikah)

Bismillahirrohmanirrohim

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِى أَحَلَّ لَنَا النِّكَاحَ وَاَبْغَضَ السِّفَاحَ.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ المَلِكُ الْفَتَّاح. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلَى سَبِيْلِ النَّجَاحِ. اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلىٰ اٰلِهِ وَصَحْبِهِ ذَوِيْ الفَلَاحِ. لا حول ولا قوة إلا بالله.
قال الله تعالى في كتابه الكريم. أعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم.
وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُوْنُوْا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ.
وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَمَا وَاللهِ إِنِّى لَأَخْشَاكُمْ لِلهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، لٰكِنِّى أَصُوْمُ وَأُفْطِرُ ، وَأُصَلِّى وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّي.
وَقَالَ أَيْضًا يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.
.

HAdrotal afadhil ulama'anal kirom, poro alim, poro kyai-ibu nyai, poro sesepuh pinisepuh, poro ustadz-ustadzah..
Wabilkhusus panjenenganipun Romo Kyai Haji ..........
Lan poro kyai sanesipun ingkang tansah kawulo ta'dzimi lan kulo ajeng2 nasehatipun.
Poro bapak lan sederek sedoyo tamu undangan ingkang minulyo...
Keluarga pengantin putra saking....
Shohibudda'wah, panjenenganipun bapak...... lan ibu......... .
Soho sedanten keluargo agung ingkang sanubagiyo, khususipun calon kemanten kekaleh mas.......  Kalean mbak......

Monggo sareng2 kito muji syukur dumateng Allah SWT bilih punopo, injing puniko kito tase dipun paringi iman, islam, rohmat, hidayah lan inayah sehinggo kito saget ngerawuhi aqdunnikah mas...  kalean mbak....

Sholawat soho salam mugio tetep katuraken dumateng junjungan kito nabi agung Muhammad SAW.

Poro rawuh sedoyo ingkang minulyo. Kawulo pembagi acara ugi wakil saking shohibudda'wa, ngaturaken maturnuwun sanget atas kerwauhan panjenengan sedoyo, estu2 ngadong dungo panjenengan sedoyo nyuwun persaksian penjengan sedoyo atas terlaksananya aqdunnikah, estu2 bungah atas kerawuhan panjenengan sedoyo, syukur dumateng Allah, mboten saget khurmat punopo2 namung saget matur jazakumulloh ahsanal jaza', jazakumulloh khoiron katsiro. Mugio kerawuhan panjenengan sedoyo dipun wales kanthi sak sae2ipun piwales.

Poro rawuh sedoyo ingkang minulyo. Sakdrenge acara kito laksanaaken, Monggo sareng2 kito wiwiti acara puniko kanthi waosan surotul fatihah, mugio aqdunnikah puniko keparingan lancar lan barokah. Ala hadzihinniyah wa ala kulli niyatin sholihah, wa ila hadroti.....  Al-Fatihah.

Adicoro Aqdunnikah puniko
-diwiti kelawan pembukaan,
-kalajengaken waosan ayat2 suci al-Qur'an ingkang bade dipun waos kalean al-ustadz...
-Adicoro saklajengipun inggih puniko khutbah nikah ingkang bade katuraken dumateng al-ustadz....
-Adicoro saklajengipun inggih puniko taukil wali (bila ada)
-Kalajengaken prosesi aqdunnikah ingkang bade dipun pimpin kalean yang terhormat bapak penghulu utawi petugas ingkang mewakili
-Adiciro dipun tutup kalean doa ingkang bade dipun pimpin kalean al-mukarrom.....

Kawulo atas nami pembagi acara, bilih wonten kirang prayuginipun kawulo nyuwun agunging samudro pangaksami. Monggo sareng2 adicoro dipun laksanaaken kanthi khidmat lan urut.

Akhirul kalam wabillahittaufiq wal hidayah warridlo wal inayah, wassaalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

0 comments

Akhlak Dua Ulama' (Abu Ishaq al-Shirazi dan Syekh Sahlaki)

Ketika Syekh Abu Ishaq bertemu Sufi

Ini sejumput cerita tentang seorang ulama besar bernama Syekh Abu Ishaq Asy-Syirazi (393–476 H/1003–1083 M). Nama lengkap ulama besar mazhab Syafi’i ini adalah Abu Ishaq Ibrahim bin Ali bin Yusuf bin Abdillah Asy-Syirazi Al-Fayruzabadi.

Kitab Al-Muhazzab karya Imam Abu Ishaq Asy-Syirazi adalah salah satu kitab rujukan utama dalam mazhab Syafi’i sampai abad ke 6 hijriah.

Al-Muhazzab banyak menjadi bahan kajian ilmiah bagi para ulama, sehingga muncul banyak karya ilmiah yang didasarkan darinya baik berupa Syarah dan Hasyiah. Yang paling termasyhur tentu saja kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhazzab karangan Imam Nawawi.

Suatu ketika Syekh Abu Ishaq Asy-Syirazi menjadi utusan Khalifah ke Bastam dalam menyelesaikan ketegangan yang terjadi antara Sultan Malik Syah dengan ‘Amid Abu al-Fath bin Laits, seorang pejabat di Iraq. Demikian dikisahkan dalam al-Kamil fit Tarikh (juz 8, halaman 283). Ini artinya Khalifah al-Muqtadi sangat mempercayai Syekh Abu Ishaq Asy-Syirazi.

Nama besar Syekh Abu Ishaq asy-Syirazi, sebagai utusan Khalifah, menjadi magnet tersendiri. Para ulama keluar menemui beliau, termasuk Syekh Juwaini yang dikenal sebagai Imam al-Haramain, guru dari Imam al-Ghazali. Rakyat juga berbondong-bondong menyambut sambil membawa roti dan buah-buahan.

Dikisahkan seorang Syekh Sufi bernama as-Sahlaki mendatangi Syekh Abu Ishaq asy-Syirazi. Ibn al-Atsir menyebut Sahlaki ini sebagai “Syaikhun Kabirun”. Abu Ishaq yang diberitahu kedatangan Syekh as-Sahlaki ini langsung keluar menemuinya dengan berjalan kaki.

Syekh as-Sahlaki segera turun dari kendaraannya dan mencium tangan Syekh Abu Ishaq. Syekh Abu Ishaq membalas penghormatan ini dengan mencium kaki Syekh as-Sahlaki, lantas menempatkan Syekh as-Sahlaki di kursinya, sementara Syekh Abu Ishaq memilih duduk di bawah di antara kedua tangan Syekh as-Sahlaki.

Jelas tampak kedua orang ulama besar berbeda disiplin ilmu ini saling menghargai. Yang satu ahli fiqh; satunya lagi seorang sufi. Syekh as-Sahlaki memberi hadiah, yang disebut-sebut merupakan perbendaharaan dari masa Syekh Abu Yazid al-Busthami, seorang sufi agung generasi sebelumnya. Syekh Abu Ishaq asy-Syirazi menerimanya dengan gembira.

Syekh as-Sahlaki ini, hasil pelacakan saya, nama lengkapnya adalah Abu al-Fadl Muhammad bin Ali bin Ahmad as-Sahlaki. Beliau mengumpulkan berbagai pernyataan dan ujaran Syekh Abu Yazid al-Busthami.

Itulah contoh pertemuan antara seorang faqih dengan seorang sufi. Contoh ini menjadi penting karena seringkali terjadi pertentangan antara ahli Hadits dengan ahli Fiqh, dan juga antara ahli Fiqh dengan ahli Tasawuf. Maka jauh-jauh hari Imam Malik sudah mengingatkan:

“Barang siapa bertasawuf tanpa berfikih maka dia zindiq. Barang siapa berfikih tanpa bertasawuf maka dia fasik. Barang siapa menggabung keduanya maka dia akan sampai pada hakikat.”

Para ulama, apapun disiplin keilmuannya, bila bertemu akan saling menghormati. Bahkan kalaupun mereka saling berbeda pandangan. Tidak ada caci-maki yang keluar dari lisan mereka. Itulah akhlak yang diwariskan kepada kita semua. Maukah kita meneladaninya? Insya Allah.

Tabik,

Nadirsyah Hosen

Rujukan: Ibn al-Atsir, al-Kamil fit Tarikh (8/283)

‎ذِكْرُ مَسِيرِ الشَّيْخِ أَبِي إِسْحَاقَ إِلَى السُّلْطَانِ فِي رِسَالَةٍ.
‎فِي هَذِهِ السَّنَةِ، فِي ذِي الْحِجَّةِ، أَوْصَلَ الْخَلِيفَةُ الْمُقْتَدِي بِأَمْرِ اللَّهِ الشَّيْخَ أَبَا إِسْحَاقَ الشِّيرَازِيَّ إِلَى حَضْرَتِهِ، وَحَمَّلَهُ رِسَالَةً إِلَى السُّلْطَانِ مَلِكْشَاهْ، وَنِظَامِ الْمُلْكِ، تَتَضَمَّنُ الشَّكْوَى مِنَ الْعَمِيدِ أَبِي الْفَتْحِ بْنِ أَبِي اللَّيْثِ، عَمِيدِ الْعِرَاقِ، وَأَمَرَهُ أَنْ يُنْهِيَ مَا يَجْرِي عَلَى الْبِلَادِ مِنَ النُّظَّارِ. فَسَارَ فَكَانَ كُلَّمَا وَصَلَ إِلَى مَدِينَةٍ مِنْ بِلَادِ الْعَجَمِ يَخْرُجُ أَهْلُهَا بِنِسَائِهِمْ وَأَوْلَادِهِمْ يَتَمَسَّحُونَ بِرِكَابِهِ، وَيَأْخُذُونَ تُرَابَ بِغْلَتِهِ لِلْبَرَكَةِ.
‎وَكَانَ فِي صُحْبَتِهِ جَمَاعَةٌ مِنْ أَعْيَانِ بَغْدَاذَ، مِنْهُمُ الْإِمَامُ أَبُو بَكْرٍ الشَّاشِيُّ وَغَيْرُهُ.
‎وَلَمَّا وَصَلَ إِلَى سَاوَةَ خَرَجَ جَمِيعُ أَهْلِهَا، وَسَأَلَهُ فُقَهَاؤُهَا كُلٌّ مِنْهُمْ أَنْ يَدْخُلَ بَيْتَهُ، فَلَمْ يَفْعَلْ، وَلَقِيَهُ أَصْحَابُ الصِّنَاعَاتِ، وَمَعَهُمْ مَا يَنْثُرُونَهُ عَلَى مِحَفَّتِهِ، فَخَرَجَ الْخَبَّازُونَ يَنْثُرُونَ الْخُبْزَ، وَهُوَ يَنْهَاهُمْ، فَلَمْ يَنْتَهُوا، وَكَذَلِكَ أَصْحَابُ الْفَاكِهَةِ، وَالْحَلْوَاءِ، وَغَيْرُهُمْ، وَخَرَجَ إِلَيْهِ الْأَسَاكِفَةُ، وَقَدْ عَمِلُوا مُدَاسَاتٍ لِطَافًا تَصْلُحُ لِأَرْجُلِ الْأَطْفَالِ، وَنَثَرُوهَا، فَكَانَتْ تَسْقُطُ عَلَى رُءُوسِ النَّاسِ، فَكَانَ الشَّيْخُ يَتَعَجَّبُ، وَيَذْكُرُ ذَلِكَ لِأَصْحَابِهِ بَعْدَ رُجُوعِهِ، وَيَقُولُ: مَا كَانَ حَظُّكُمْ مِنْ ذَلِكَ النِّثَارِ؟ فَقَالَ لَهُ بَعْضُهُمْ: مَا كَانَ حَظُّ سَيِّدِنَا مِنْهُ، فَقَالَ: [أَمَّا] أَنَا فَغُطِّيتُ بِالْمِحَفَّةِ، وَهُوَ يَضْحَكُ، فَأَكْرَمَهُ السُّلْطَانُ وَنِظَامُ الْمُلْكِ، وَجَرَى بَيْنَهُ وَبَيْنَ إِمَامِ الْحَرَمَيْنِ أَبِي الْمَعَالِي الْجُوَيْنِيِّ مُنَاظَرَةٌ بِحَضْرَةِ نِظَامِ الْمُلْكِ، وَأُجِيبَ إِلَى جَمِيعِ مَا الْتَمَسَهُ، وَلَمَّا عَادَ أُهِينَ الْعَمِيدُ (وَكُسِرَ عَمَّا كَانَ يَعْتَمِدُهُ) ، وَرُفِعَتْ يَدُهُ عَنْ جَمِيعِ مَا يَتَعَلَّقُ بِحَوَاشِي الْخَلِيفَةِ.
‎وَلَمَّا وَصَلَ الشَّيْخُ إِلَى بِسِطَامٍ خَرَجَ إِلَيْهِ السَّهْلَكِيُّ، شَيْخُ الصُّوفِيَّةِ بِهَا، وَهُوَ شَيْخٌ كَبِيرٌ، فَلَمَّا سَمِعَ الشَّيْخُ أَبُو إِسْحَاقَ بِوُصُولِهِ خَرَجَ إِلَيْهِ مَاشِيًا، فَلَمَّا رَآهُ السَّهْلَكِيُّ أَلْقَى
نَفْسَهُ مِنْ دَابَّةٍ كَانَ عَلَيْهَا، وَقَبَّلَ يَدَ الشَّيْخِ أَبِي إِسْحَاقَ، فَقَبَّلَ أَبُو إِسْحَاقَ رِجْلَهُ، وَأَقْعَدَهُ مَوْضِعَهُ، وَجَلَسَ أَبُو إِسْحَاقَ بَيْنَ يَدَيْهِ، وَأَظْهَرَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِنْ تَعْظِيمِ صَاحَبِهِ كَثِيرًا، وَأَعْطَاهُ شَيْئًا مِنْ حِنْطَةٍ ذُكِرَ أَنَّهَا مِنْ عَهْدِ أَبِي يَزِيدَ الْبِسْطَامِيِّ، فَفَرِحَ بِهَا أَبُو إِسْحَاقَ.

0 comments

Macam-Macam Manusia

Dalam kitabnya Ihya Ulumiddin, dengan menukil ungkapan dari Al-Kholil bin Ahmad, Al Ghazali menggolongkan 4 jenis manusia yaitu:

1. Rajul yadri wa yadri annahu yadri

2. Rajul yadri wa laa yadri annahu yadri

3. Rajul laa yadri wa yadri annahu laa yadri

4. Rajul laa yadri wa laa yadri annahu laa yadri

وَقَالَ الْخَلِيْلُ بْنُ أَحْمَدَ : الرِّجَالُ أَرْبَعَةٌ رَجُلٌ يَدْرِيْ وَيَدْرِيْ أَنَّهُ يَدْرِيْ فَذَلِكَ عَالِمٌ فَاتَّبِعُوْهُ , وَرَجُلٌ يَدْرِيْ وَلاَيَدْرِيْ أَنَّهُ يَدْرِيْ فَذَلِكَ نَائِمٌ فَأَيْقِظُوْهُ, وَرَجُلٌ لاَيَدْرِيْ وَيَدْرِيْ أَنَّهُ لاَيَدْرِيْ فَذَلِكَ مُسْتَرْشِدٌ فَأَرْشِدُوْهُ, وَرَجُلٌ لاَيَدْرِيْ وَلاَيَدْرِيْ أَنَّهُ لاَيَدْرِيْ فَذَلِكَ جَاهِلٌ فَارْفَضُوْهُ

Al-Kholil bin Ahmad menyatakan manusia dibagi empat golongan;
1. Orang yang tahu, dan tahu bahwa ia tahu. Ia adalah orang yang alim, maka ikutilah!
2. Orang yang tahu, namun tidak tahu bahwa ia tahu. Ia adalah orang yang tertidur, maka bangunkanlah!
3. Orang yang tidak tahu, dan tahu bahwa ia tidak tahu. Ia adalah orang yang mencari petunjuk, maka berilah ia petunjuk!
4. Orang yang tidak tahu, namun tidak tahu bahwa ia tidak tahu. Ia adalah orang bodoh, maka jauhilah! (Ihya Ulumiddin Juz I hlm 80, Dar al-fikr)

0 comments

Guru Yang Baik

قال النبي صل الله عليه وسلم:من فتنة العالم ان يكون الكلام احب اليه من الاستماع (الاحياء: ٦١/١)

NABI SAW bersabda:"Fitnah bagi seorang alim adalah disaat dia lbh senang untuk menjadi pembicara dibanding untuk menjadi pendengar" (kitab ihya' 1/61)

Ada seorang murid disuruh gurunya menghadiri sebuah majelis ilmu di suatu gedung. Sesampainya ia di gedung itu ia bingung, karena ada 2 majelis ilmu yang sama dengan orang yang berbeda yang di adakan bersebelahan.

Lalu murid itu kembali ke gurunya, ia bertanya pada gurunya majelis mana yang harus ia datangi. Lalu sang guru mengantar murid tersebut kembali ke gedung dan mengatakan, "hadirilah kedua majelis ini, lalu berdirilah di dekat pintu. Berdiri saja tidak usah duduk meskipun ada bangku kosong. Jika ditanya mengapa engkau berdiri, jawablah, aku benci padamu"

Muridpun memasuki salah satu ruangan majelis dan mengikuti perintah gurunya untuk berdiri saja di dekat pintu. Lalu guru yang berada di dalam majelis ilmu itu melihat dia dan bertanya, "hai! Mengapa kau berdiri disitu?"
Murid menjawab, "aku benci padamu"
Sang guru tersebut kaget dan membentak, "sudah berapa kitab kau khatam? Sudah berapa ilmu kau kuasai? Jika tidak suka padaku pergi dari ruangan ini!"

Lalu muridpun keluar dan berpindah ke ruangan satunya. Ia melaksanakan apa yang dikatakan gurunya, berdiri di dekat pintu.
Guru di dalam ruangan tersebut melihat ia hanya berdiri dan bertanya, "mengapa kau hanya berdiri? Duduklah kemari"
Muridpun menjawab, "aku benci padamu"
Sang guru yang mendengar kaget dan menangis. Guru menjawab, "maafkan aku jika aku melukai hatimu wahai anak muda. Beritahukan padaku agar aku mampu mengintropeksi diriku dan merubah diriku"

Sang muridpun keluar ruangan dan mendatangi gurunya, lalu gurunya bertanya, sudah kau temukan mana majelis yang harus kau datangi?"
Muridpun mengangguk.

Setinggi apapun ilmu yang kau miliki jika kau tidak memiliki akhlak maka ilmu tidak mampu menjagamu. Jika kau miliki akhlak maka sesedikit apapun ilmu yang kau miliki akan mampu menjagamu.

Selamat beraktivitas,khususnya saudara dan semua sahabatku yang menjadi Guru, puncak tertinggi dari ilmu adalah akhlak mulia,perhatikanlah Akhlaq pribadimu sebagai guru dan murid muridmu.

semoga bermanfaat

0 comments

Khutbah Nikah

Khutbah Nikah

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِى خَلَقَ مِنَ اْلمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيْرَا وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَفْضَلُ الْخَلْقِ وَاْلوَرَا وَ عَلىٰ اٰلِهِ وَصَحْبِهِ صَلَاةً وَسَلَامًا كَثِيْرًا 

أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقِوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالٰى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: ياَ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

وَاعْلَمُوْا أَنَّ النِكَاحَ سُنَّةٌ مِنْ سُنَنِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَمَا وَاللهِ إِنِّى لَأَخْشَاكُمْ لِلهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، لٰكِنِّى أَصُوْمُ وَأُفْطِرُ ، وَأُصَلِّى وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّي

وَقَالَ أَيْضًا يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

وَقَالَ أَيْضًا خَيْرُ النِّسَاءَ إِمْرَأَةٌ إِذَا نَظَرْتَ إِلَيْهَا سَرَّتْكَ، وَإِذَا أَمَرْتَهَا أَطَاعَتْكَ، وَإِذَا غِبْتَ عَنْهَا حَفَظَتْكَ فِي نَفْسِهَا وَمَالِكَ

وَقَالَ اللهُ تَعَالٰى يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوْبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوْا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ 

وَقَالَ أَيْضًا وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُوْنُوْا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

بَارَكَ اللهُ لِىْ وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِىْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكِرِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّىْ وَمِنْكُمَ تِلَاوَتَهُ إِنِّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ

أَعُوْذُ بِا للهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُواْ اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَاسْتَغْفِرُوْا اللهَ اْلعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَشَايِخِي وَلِسَائِرِ الْمُسِلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Di lanjutkan dengan
Istighfar x 3
Syahadat x 3

0 comments

Puasa Arofah dan Tarwiyah

Ngaji Hikam Tentang Sejarah Hari Arafah

(Catatan Pribadi 20/08/2018)

Malam ini adalah malam Arafah. Siang tadi adalah hari Tarwiyah. Kalau tepat dan bersamaan antara Indonesia dan Mekkah, maka besok adalah waktu wukuf di Arafah. Sekarang, Mekkah Saudi Arabia ada badai pasir sehingga Kiswah Kabah menyingkap. Sejumlah tenda di Mina roboh dan hancur. Semoga semua Jamaah Haji diberikan keselamatan. Amin.

Di dalam surat al-Saffat disebutkan :

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ[١٠٢] فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ [١٠٣] وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ [١٠٤] قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ [١٠٥] إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ [١٠٦] وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ [١٠٧] وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ [١٠٨] سَلَامٌ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ [١٠٩]

Di dalam kitab tafsir Marokhi Lubaid yang ditulis oleh Syekh Nawawi bin Umar Banten, diterangkan pada waktu Nabi Ismail AS berusia sudah mampu untuk berusaha (فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ), oleh Ahli Tafsir, ditafsiri usia 13 tahun. Ayahnya bernama Nabi Ibrahim AS, bermimpi diperintah menyembelih putranya yaitu Nabi Ismail. Jika diterapkan seperti sekarang, waktu Nabi Ibrahim bermimpi adalah tadi malam yaitu malam senin pada tanggal 8 Dzulhijah.

Paginya Nabi Ibrahim berpikir, apakah mimpi tersebut berasal dari Allah atau berasal dari Syetan. Jika diterapakan dalam hitungan saat ini, waktu ketika Nabi Ibrahim berpikir adalah siang tadi pada tanggal 8 Dzulhijah. Isi dari "mikir-mikir" nya Nabi Ibrahim adalah apakah impian tadi malam berasal dari Allah atau berasal dari Syetan. "Mikir-mikir" ini, di dalam bahasa Arab artinya Tarwiyah. Berasal dari kata Rowa-Yurowi-Tarwiyan- Tarwiyatan.

Kemudian malam tanggal 9 Dzulhijah, Nabi Ibrahim bermimpi lagi, persis seperti malam sebelumnya yaitu pada tanggal 8 Dzulhijah. Karena isi mimpinya sama persis, maka Nabi Ibrahim (عرف انها من الله). Nabi Ibrahim mengtahui bahwa impian itu berasal dari Allah. Maka, tanggal 9 disebut hari Arafah yaitu hari ketika Nabi Ibrahim mengerti bahwa impiannya berasal dari Allah.

Malam tanggal 10 Dzulhijah, Nabi Ibrahim bermimpi lagi bahwa beliau menyembelih putranya, dinamakan dengan "Yaumul Nahr" atau hari penyembelihan. Pagi harinya Nabi Ibrahim AS, berkata kepada putranya :
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ-

Artinya : Wahai anakku yang masih kecil, sungguh tadi malam aku bermimpi menyembelih kamu. Maka coba pikirkan bagaimana pendapatmu?.

Kalimat diatas menunjukan bahwa Nabi Ibrahim adalah contoh seorang ayah yang bijaksana (karena sebelum memutuskan sesuatu bertanya/ bermusyawarah dulu kepada putranya).

Kemudian Nabi Ismail menjawab :
قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ-

Artinya : Wahai Ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, Ayah InsyaAllah akan membuktikan bahwa saya tergolong orang-orang yang sabar.

Ini adalah ujian yang sangat berat. Sebelum cerita Nabi Ibrahim diteruskan, ada pertanyaan, sebenarnya kenapa Nabi Ibrahim sampai diuji untuk menyembelih anak?. Itu kalau di dalam kitab al-Hikam, pembahasanya masuk dalam bab Mahabah atau "MahabatuAllah" atau cinta Allah.

Allah itu, tidak suka "Mahabah Mustarakah". Mahabah itu tidak boleh dimadu. Jangan sampai dimadu dengan cinta yang lain. Ini adalah tingakatan orang-orang Ahli Hakikat atau orang-orang Muqarabun. Bukan tingkatannya kita yang masih tingkatan Syariat dan belum sampai kepada hakikat.

Orang Ahli Hakikat itu, kalau cinta tidak boleh dimadu. Mengaku cinta Allah, tetapi juga cinta kepada bidadari, itu tidak boleh. Dalam pandangan tingkatan hakikat itu sudah syirik. Cinta Allah, tetapi juga cinta bidadari, juga cinta kepada surga, bagi orang hakikat ini tidak boleh. Tapi kalau orang Syariat, yang seperti ini dimaafkan oleh Allah.

Orang-orang Muqarabun itu, ukuran hukumnya bukan ukuran hukum Syariah. Tapi dengan ukuran mahabah. Ada contoh para nabi memiliki sifat shidiq, amanah, tabligh, fatonah, maka muhkhal bagi para rosul mulai lahir, sampai diangkat menjadi rosul sampai wafat untuk bermaksiat (maksum).

Tapi di dalam Quran, ada penyebutan bahwa rosul melakukan maksiat?.
وعصى آدم ربه فغوى
Artinya : dan durhakalah Adam kepada Tuhannya.

Padahal Nabi Adam adalah Rosul, tapi kenapa Al-Quran menyebutnya bermaksiat?. Ini dulu cukup menjadikan bingung saya, karena waktu itu saya di Mualimin menjadi Guru Ilmu Akidah, atau Ilmu Teologi. Kitabnya mengunakan "Ummul Barohin". Disana diterangkan bahwa Rasul memiliki empat sifat wajib, empat sifat mukhal, dan satu sifat jaiz. Shidiq, Amanah, Tabligh, Fathonah.

Contoh dari sifat Amanah adalah tidak pernah maksiat, karena kalau melakukan maksiat namanya khianat. Tapi Al-Quran menyebutkan Nabi Adam dengn "wa Asho Adamu Robahu Fa Ghowa". Kemudian saya mubeng, bertanya kepada para Kiai, saya tanya, ini artinya apa, Rosul itu amanah, tapi kok maksiat?.

Kemudian, bertemu Kiai Abu Bakar Bandar Kidul, ketika sowan didawuhi "Le, maksiate Nabi Adam itu bukan maksiatnya orang Abror, tapi maksiatnya orang-orang Muqarabun (mahabah)". Kalau orang Abror ukuranya adalah hukum syariat, nah yang dimaksud di dalam Tauhid bahwa Rosul mustahil melakukan maksiat, adalah maksiat menggunakan hukum syariat tingkatan orang Abror. Dan memang tidak ada Rosul yang maksiat (melanggar) hukum syariat.Maksiatnya orang Muqarabun atau orang-orang yang dekat dengan Allah adalah menggunakan ukuran Mahabah.

Nabi Adam dan Ibu Hawa itu dialarang mendekati sebuah pohon :
ولا تقربا هذه الشجرة فتكونا من الظالمين-

Artinya : Adam dan Hawa, jangan (kalian berdua) mendekati pohon ini, kalau kamu berdua dekat dengan pohon ini, akan menjadi orang dzolim.

Setelah itu Ibu Hawa mengelilingi surga. Kemudian di tempat yang jauh di sana, ada pohon yang sama, seperti pohon "hadzihi" yang dilarang dalam ayat tersebut. Lalu digoda oleh Iblis:
Iblis : "Hawa, tahukah Kamu ini pohon apa?.
Hawa : Tidak, aku tidak tahu!.
Iblis : ini adalah pohon khuldi, kalau anda makan buah ini, Kamu, suamimu, anak turunmu akan kekal di surga.

Ucapan Iblis ini menarik hatinya Ibu Hawa. Ketika itu bu Hawa tidak bersama Nabi Adam, akhirnya Ibu Hawa memakan buah khuldi, kemudian Nabi Adam mencari dan bertemu Ibu Hawa sudah memakan buah khuldi. Akhirnya Nabi Adam dirayu oleh Ibu Hawa agar ikut memakan buah khuldi. Lalu Nabi Adam ikut makan.

Setelah makan, kemudian ingin buang air besar. Lari kesana kemari untuk mencari tempat buang air besar. Sampai pakaiannya dilepas, Nabi Adam dan Ibu Hawa menyambung dedaunan untuk digunakan menutup aurat. Lalu Malaikat Jibril bertanya, "ada apa kok lari-lari?". Mereka menjawab "Mau buang air besar". Malaikat Jibril berkata, "Luh, di surga tidak ada tempat buang air besar, kalau mau buang air besar ya harus turun ke bumi, karena tempat membuang air besar di bumi". Akhirnya keduanya turun ke bumi. Nabi adam turun di Srilangka, Ibu Hawa turun di Jiddah.

Maka makna dari "وعصى آدم ربه فغوى", adalah Nabi Adam memang salah tapi tidak sampai berdosa. Nah, tapi kenapa di dalam Al-Quran lafadznya "وعصى", itu artinya adalah dosa menurut derajat orang muqarabin atau orang yang dekat dengan Allah. Yang dikatakan bahwa Rasul tidak berdosa adalah ukuran hukum syariat.

Sebabnya apa?. Karena yang dilarang (untuk didekati oleh Nabi Adam dan Ibu Hawa adalah "هذه", sedangkan yang dimakan adalah "تلك" , yang berada disana. Saya diterangkan panjang lebar oleh Kiai Abu Bakar, bahwa yang dimakan bukan yang "هذه" , tapi yang "تلك". Tapi tetap salah karena pohon yang berada di sana, adalah pohon yang sejenis dengan ini. Dan bukan yang dilarang. Ini namanya "Asho" tapi "Asho" menurut Ahli Muqarabin.

Orang Muqarabin itu kalau melakukan salah, walaupun tidak sampai berdosa tapi sanksinya berat. Nabi Adam, tidak sampai berdosa tapi diturunkan dari Surga ke Bumi. Nabi Zakariya ketika berdakwah sampai akan dibunuh oleh umatnya. Sampai beliau dikejar-kejar, kemudian berdiri di samping pohon lalu berdoa kepada Allah. Pohon terbuka kemudian masuk ke dalam pohon.

Umatnya mencari, akhinya Iblis turun tangan dengan menyamar sebagai orang tua dan bertanya "Kamu mencari siapa?". Umatnya berkata, "Kami sedang mencari Zakariya". Iblis bertanya, "apakah Kamu tidak tahu?". Umat Nabi Zakariya menjawab "tidak tahu". Lalu Iblis mengatakan, "di sini, di dalam pohon ini". Kemudian pohon yang di dalamnya ada Nabi Zakariya dipotong dan digergaji ke bawah. Ketika digergaji, mengenai ubun-ubun dari Nabi Zakariya, sampai beliau menjerit "Ah"/ "Aduh". Berteriak "Ah"/ "Aduh" Itu, secara syariat tidak berdosa. Tapi karena Rosul, yang begitu sudah dianggap salah oleh Allah. Karena salah sangsinya berat.

Lalu Allah berkata kepada Jibril, "Jibril, temui Zakariya, sekali lagi dia berteriak "Aah" / "Aduh", akan kucabut ke Rosulan dari dirinya". Akhirnya beliau hanya diam. Ketika dipotong menjadi dua, beliau sekali tidak berteriak, sampai akhirnya Beliau meninggal. Padahal kita sehari-hari sering mengtakan aduh. Terkena bencana aduh, kesandung batu aduh, sakit kepala aduh. Hal semacam Ini memang tidak dosa bagi orang Abror, tapi suatu kesalahan bagi orang Muqarabun.

Kembali ke kisah Nabi Ibrahum, Kenapa Nabi Ibrahim diuji menyembih putranya?. Karena Mahabah Mustarokah. Nabi Ibrahim ini, pernah berikrar mahabah (mencintai) Allah. Pada suatu saat Nabi Ibrahim melihat putranya yaitu Nabi Ismail, karena memang putra satu-satunya, Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Saroh sampai usia 120 Tahun tidak punya putra. Akhirnya menikah dengan Siti Hajar, dan memiliki putra Nabi Ismail, ketika Nabi Ibrahim melihat Nabi Ismalil timbul rasa suka terhadap putranya. Nah ikrar mencintai Allah tapi kok suka terhadap anaknya ini namanya Mahabah Mustarakah. Ini namanya Allah dimadu, maka Allah tidak ridla. Akhirnya Nabi Ibrahim diuji oleh Allah, dengan perintah untuk menyembelih anaknya. Tujuannya agar Nabi Ibrahim kembali cinta hanya kepada Allah. Dan tidak cinta kepada anak.

Padahal kita, ya mengaku cinta kepada Allah tapi ya suka uang, rumah, istri dan anak. Kalau otang Muqarabun tidak boleh.

Ketika telah sampai pada tanggal 10, Nabi Ibrahim berkata kepada putranya:

يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ-

Nabi Ismail menjawab :
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ-

Artinya : Wahai Ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, Ayah InsyaAllah akan membuktikan bahwa saya tergolong orang-orang yang sabar.

Nabi Ibrahim sudah tunduk dan patuh secara Ikhlas memisahkan anaknya dengan dirinya, padahal putranya baru satu. Nabi ismail, taat dan patuh dipisah antara jasad dan rohnya. Dua-duanya telah sama-sama Ikhlas. Kemudian Nabi Ibrahim membawa pedang dan dadung serta mengajak Nabi Ismail.

Nabi Ibrahim berkata "Ayo anakku!". Nabi Ismail bertanya kemana Bapak "ke Sibbi Safir (lereng gunung Safir) disanalah aku akan menyembelimu". Ketika sudah sampai di Sibbi Safir, maka :
فَلَمَّا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
Nabi Ismail telah dibaringkan, pedang telah dihunuskan, kemudian Nabi Ismail berkata "Ayahku tolong, aku ikat yang kuat-kuat supaya aku tidak bergerak, Ayah tolong, ketika Ayah menarik dan mendorong ledang supaya cepat, agar aku tidak lama-lama merasakan sakit, Ayah tolong, baju Ayah disingkap (dilipat) supaya terkena darah, jika terkena darah nantinya akan menjadikan Ibu susah, ayah tolong sampaikan salamku kepada Ibu, dan bajuku berikanlah kepada Ibu, sekedar untuk kenang-kenangan".

Kemudian Nabi Ibrahim memulai menyembelih, ditarik-didorong, ditarik-didorong, ditarik-didorong, pedangnya tidak mempan untuk menyembelih Nabi Ismail. Pada saat itu malaikat yang mendampigi Nabi Ibrahim ikut menangis sambil bertakbir :
اَللهُ أًكْبَر، اَللهُ أَكْبَر، اَللهُ أَكْبَر

Nabi Ibrahim mencucurkan air mata begitu juga Nabi Ismail yang mencucurkan air mata. Malaikat bertakbir
اَللهُ أًكْبَر، اَللهُ أَكْبَر، اَللهُ أَكْبَر
Disambung dengan Nabi Ismail :
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَر
Kemudian Nabi Ibrahim menyambung :
اَللهُ أَكْبَر وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ
Ketika pedang dihunuskan, ditarik-didorong, ditarik-didorong ke leher Nabi Ismail, tidak mempan. Kemudian ada panggilan dari Allah :

أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ, [١٠٤] قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ [١٠٥] إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ [١٠٦] وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ [١٠٧]

Nabi Ibrahim mendapat panggilan dari Allah, "Kamu telah melaksanakan tugasku, menyembelih anakmu, Kemudian saya ganti dengan Kambing". Maka ketika ditarik keluarlah darah. Nabi Ibrahim berprasangka bahwa Nabi Ismail telah meninggal. Ternyata ketika dilihat yang disembelih adalah kambing gibas. Sedangkan Nabi Ismail duduk disebelahnya. Kemudian Malaikat bertakbir, disambung dengan Nabi Ismail, lalu dilanjutkan dengan Nabi Ibrahim.

Hari Arofah itu ada penamaannya karena sejarah dari Nabi Ibrahim yang mengerti impian dari Allah. Tapi kalau tanah Arafah, itu sejarahnya berkaitan dengan Nabi Adam As bukan berkaitan dengan Nabi Ibrahim. Jadi ada hari Arafah dan ada tanah Arafah.

Dulu Nabi Adam ketika diturunkan ke bumi jatuh di Srilangka. Di sana ada gunung namanya gunung Adam's Peak di Colombo. Di atas tempat itu sering terjadi hampa udara. Dulu Jamaah Haji kalau lewat di atas gunung Adam's Peak itu, tahun berapa itu pernah sampai jatuh sehingga banyak korban yang paling banyak dari Blitar. Tahun 1981, saya masih lewat di atas itu, hampir jatuh, pramugari menerangkan, "al-Hamdulillah kapal terbang kita selamat, kapal terbang kita sudah 10 KM tapi tidak sampai ke bumi". Kemudian sudah tidak lagi dilewati kapal terbang. Jadi tempat jatuhnya Nabi Adam itu, sering hampa udara.

Nabi Adam setiap tahun jalan kaki pergi ke mekah dan mengitari Ka'bah. Ibu Hawa setiap tahun pergi ke Arofah (pada saat itu belum ada namanya). Sebetulnya jarak antara Mekkah dan Arofah hanya kurang lebih 25 KM. Tapi selama 200 Tahun tidak bertemu. Jadi bisa bayangkan betapa kangennya antara Nabi Adam dan Ibu Hawa yang berpisah selama 200 Tahun.

Pada detik-detik pertemuan antara Nabi Adam dan Ibu Hawa, Nabi Adam sedang melaksanakan Towaf. Setelah Towaf jalan kaki ke arah utara dan ke timur. Kira-kira 6 KM, Nabi Adam mencium aroma. Kemudian Nabi Adam mengigat-ingat aroma tersebut, "Aku pernah memcium aroma seperti ini, tapi aku lupa ini aroma apa?". Ketika diingat-ingat, kemudian ingat bahwa itu adalah aroma dari Istirnya Hawa. Akhirnya kalau Hawa masih ada aromanya, berarti masih hidup. Kalau Hawa masih hidup berarti ada harpan untuk bertemu. Harapan dalam bahasa arab adalah "Muna", maka daerahnya disebut Muna, kita menyebutnya Mina.

Kalau tentang melempar Jumroh, Ula, Wustho, dan Aqabah, itu berkaitan dengan sejarahnya Nabi Ibrahim. Jadi ketika pergi ke Sibbi Sabil, Siti Hajar diganggu, Nabi Ismail diganggu kemudian dilempari batu. Tapi kalau Muna, adalah riwayat dari Nabi Adam.

Aroma itu dibawa angin, kemudian diturut oleh Nabi Adam sampai 7 KM, sampai ke sebuah tanah. Di tanah itu aromanya semakin menguat, aroma kalau itu kalau bertambah kuat berarti bertambah dekat. Dekat bahasa arabnya "Zulfa", bertambah dekat bahasa arabnya "Muzdalifah". Sehingga tanah itu kemudian dinamakan tanah Muzdalifah.

Terus diturut lagi, sampai ke sebuah tanah yang sejauh pandangan mata hanya ada gunung-gunung, batu, pasir, krikil dan tidak ada tumbuhan sama sekali. Kemudian Nabi Adama menoleh ke arah kanan kiri, karena mencium aroma yang semakin kuat. Ternyata di atas gunung ada sesosok perempuan. Diperhatikan sosok tersebut ternyata adalah Ibu Hawa. Peristiwa ini terjadi setelah berpisah selama 200 tahun. Qaul yang lain mengatakan 100 tahun.

Setelah diperhatikan ternyata Ibu Hawa,
عرف آدم أنّها هواك
Nabi Adam mengetahui bahwa dia adalah Hawa. Mengeri bahasa arabnya Arafa. Oleh karena itu tanah tersebut dinamakan Arafah.

Kemudian dipanggil "Hawa......". Ibu Hawa mendengar kemudian Hawa melihat kebawah, ada seorang laki-laki yang gagah perkasa ternyata Adam. Kemudian dipanggil oleh Hawa, "Adam............". Saling memanggil, "Hawa.........", "Adaaam.......". Kemudian Nabi Adam mendaki gunung disanalah Nabi Adam dan Ibu Hawa sambil berdiri, saling memeluk untuk melepaskan kerinduannya, mencurahkan kasih sayangnya. Ditempat itulah kemudian dibangun tugu, kasih sayang dalam bahasa Arab artinya "Rohmah". Maka dinamakan sebagai gunung kasih sayang atau "Jabal Rohmah".

Jadi kalau hari Arafah berhubungan dengan Hikayah Nabi Ibrahim, tapi kalau tanah Arafah berkaitan dengan Hikayah Nabi Adam AS.

Diterangkan oleh Nabi Muhammad yang ditulis oleh Imam Ghazali, di dalam kitab Mukasafatul Qulub, al-Muqaribu 'ala Alami al-Ghuyub, Nabi Dawuh: Siapa yang berpuasa hari Tarwiyah diberi pahala oleh Allah seperti pahalanya Nabi Ayub didalam kesabaran menerima ujian. Barangsiapa yang berpuasa pada hari Arofah, Allah memberi pahala seperti pahalanya Nabi Isa AS. Selain itu puasa Arafah menghapus dosa 2 tahun. Satu tahun yang telah lewat dan satu tahun yang akan datang. (*)

0 comments
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. EKSPLORIA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger